Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antusiasme Pembelajaran Fikih Pada Siswa-Siswi di MI Ketika Guru Menggunakan Variasi dan Media Pembelajaran

Pembelajaran fikih merupakah salah satu mata pelajaran agama Islam yang sangat penting untuk disampaikan kepada siswa-siswi MI/SD sejak kelas awal. Mata pelajaran fikih adalah salah satu bagian dari mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang materi pelajarannya berisi tentang mengenal, membahas dan menjalankan segala sesuatu sesuai syariat Islam.

Adapun materi yang berkaitan dengan hukum islam seperti ketentuan atau tata cara bersuci (taharah), ketentuan beribadah, tata cara shalat, tata cara puasa, ketentuan berzakat, tata cara melaksanakan ibadah haji, ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan halal untuk dimakan, dan ketentuan-ketentuan lain seperti berkurban, khitan, jual-beli, pembagian harta waris, berhutang, simpan pinjam dan lain-lain. Di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) mata pelajaran fikih menjadi salah satu mata pelajaran yang berdiri sendiri dan ketika melakukan penilaian seperti penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester juga memiliki penilaian tersendiri oleh guru agamanya.

Belajar Ilmu Fiqh


Berbeda dengan mata pelajaran fikih di Sekolah Dasar (SD) yang tidak berdiri sendiri melainkan tergabung dalam satu rangkaian mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang terdiri dari Al Qur’an, Akidah, Akhlak, dan Fikih. Pembelajaran fikih telah diberikan setiap sekolah pada kelas awal dan menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti siswa-siswa tingkat SD/MI dari kelas satu hingga kelas enam karena mata pelajaran ini berkaitan dengan hukum, ketentuan, dan tata cara segala perbuatan sesuai dengan syariat Islam. Sejauh pengalaman saya magang di MI ketika mengajar pembelajaran fikih, saya menemui beberapa problem atau permasalahan yang sering dialami oleh siswa-siswi ketika menerima materi pelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dan beberapa faktor dari dalam atau faktor dari luar. Problem atau permasalahan tersebut dapat berasal dari guru yang mengajar, siswa-siswi, atau sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut.

Salah satu hal penunjang dalam keberhasilan peserta didik menerima materi pelajaran yang guru sampaikan adalah penggunaan media pembelajaran. Keterlibatan media pembelajaran dalam proses belajar terbukti dapat meningkatkan pemahaman peserta didik menerima pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang bisa menarik atau merangsang perhatian, perasaan, dan pemikiran peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Media ini berperan dalam membantu guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran ini terdapat dalam RPP bersama dengan alat dan bahan serta sumber belajar yang digunakan. Pemilihan media yang digunakan juga harus sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran yang ingin dicapai guru dapat terwujud.

Sebelum memilih media, guru harus menganalisis materi pembelajaran, menentukan kemampuan apa yang ingin dicapai peserta didik sesuai tujuan pembelajaran yang guru buat, keampuhan media tersebut dalam mengembangkan kemampuan peserta didik, kemampuan guru ketika menggunakan media, menyesuaikan karakteristik peserta didik, kesesuaian dengan alokasi waktu dan juga sarana yang ada, dan yang terakhir adalah biaya yang terjangkau dan ekonomis untuk membuat media. Berdasarkan pengalaman saya magang di MI, saya pertama kali diberi kesempatan untuk mengajar pembelajaran fikih pada peserta didik kelas bawah. Awalnya, saya menganalisis bahwa peserta didik cukup kondusif mengikuti alur pembelajaran awal yang saya buat didalam kelas.

Tapi tetap saja terdapat beberapa peserta didik yang terlihat bosan ketika pembelajaran fikih berlangsung. Bahkan ketika sudah berjalan setengah pembelajaran, para peserta didik mulai ramai dan jenuh mengikuti pembelajaran sampai selesai. Selama proses pembelajaran yang berlangsung waktu itu, saya tidak menggunakan media, saya hanya menggunakan buku siswa dan papan tulis saja. Untuk itu saya berinisiatif melakukan variasi pembelajaran dengan diselingi permainan, bernyanyi bersama, tebak-tebakan, dan segala sesuatu yang membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran lagi. Ketika saya mengaplikasikan permainan dalam pembelajaran, peserta didik mulai kembali fokus untuk mengikuti pembelajaran fikih. Ini terbukti bahwa peserta didik akan lebih tertarik untuk belajar kembali dengan diberi variasi pembelajaran.

Selain variasi permainan ketika pembelajaran berlangsung, Penggunaan media selama proses pembelajaran juga dapat meningkatkan antusiasme para peserta didik. Penggunaan media ini dapat berupa manual media, media visual, media audio, dan media audio visual. Manual media yang pernah saya aplikasikan selama proses pembelajaran fikih berlangsung adalah manual media papan tempel binatang halal dan haram yang merupakan materi kelas enam semester ganjil. Awalnya, ketika saya masuk kelas membawa media tersebut para peserta didik sudah mulai antusias terhadap apa yang saya bawa. Saya menjelaskan bahwa yang saya bawa adalah media pembelajaran. Media ini berupa papan yang berisi tabel binatang halal dan binatang haram.

Kemudian pada tahap evaluasi, sebagai bentuk pemahaman mereka terhadap materi yang saya sampaikan, saya menyediakan tabel dan berbagai macam binatang halal dan haram untuk ditempel masing-masing peserta didik pada papan tempel kosong dibalik papan tempel media pembelajaran yang saya gunakan. Jadi, satu papan tempel ini dapat saya gunakan menjadi dua fungsi, yaitu sisi depan papan saya gunakan sebagai media pembelajaran untuk menjelaskan materi pelajaran dan sisi belakang papan saya gunakan sebagai media evaluasi pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik mengenai materi yang saya sampaikan.

Media pembelajaran lain yang bisa digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu media visual Power Poin Text (PPT). Untuk menggunakan media PPT, guru membutuhkan laptop dan LCD yang merupakan salah satu bentuk sarana penunjang atau fasilitas kegiatan belajar siswa. Media video atau film edukasi juga cukup baik digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, tapi penggunaan media jenis ini membutuhkan laptop dan LCD. Begitu juga dengan media audio yang membutuhkan sarana seperti sound atau speaker untuk mengaplikasikan media tersebut kepada peserta didik. Itulah pentingnya guru untuk mengetahui ketepatan penggunaaan media pembelajaran ketika akan menyampaikan materi pelajaran. Jika sekolah tidak menyediakan sarana atau fasilitas seperti itu maka guru harus beralih pada media pembelajaran lain. Media lain yang digunakan dapat berupa manual media dan media cetak.
Terdapat cara lain yang cukup efektif untuk membuat siswa MI/SD mengerti dan paham dengan materi pelajaran yang guru sampaikan, seperti halnya pada materi fikih kelas dua yaitu tentang shalat berjamaah. Selain menggunakan strategi, metode dan media yang menyenangkan siswa, guru juga dapat melakukan metode pembiasaan pada peserta didik yang sesuai dengan materi yang akan guru sampaikan, seperti materi shalat berjamaah. Pada materi shalat berjamaah guru bisa melakukan pembiasaan pada peserta didik seperti melakukan shalat dhuha dipagi hari sebelum pembelajaran dimulai.

Mengapa pembiasaan ini perlu? Karena hal tersebut dapat melatih peserta didik untuk mempraktekkan shalat berjamaah dengan orangtuanya, tetangganya, atau keluarganya sendiri di rumah, sehingga materi yang diajarkan guru dapat tersampaikan dan diaplikasikan dengan baik dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan variasi pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung karena dengan adanya variasi pembelajaran seperti media, permainan, dan bernyanyi maka proses belajar mengajar bisa lebih menarik dan antusiasme peserta didik juga sangat tinggi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efisien dan efektif.

By : Adina Umami Zihara