Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakter dan Jati Diri Bangsa dalam Gengaman Guru



Cukuplah lengkap apa yang tersemat dalam pundak guru sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”, bertepatan pada 25 November 2016 para siswa, guru serta instansi lembaga pendidikan yang ada memperingati hari Guru Nasional. Bahkan dengan semaraknya menggelar upacara bendera bertema “Hari Guru Nasional (HGN)”, dan lomba serta pidato bertemakan hari guru. Tak lupa bagi siswa mengucapkan salam, selamat hari guru bagi guru-guru mereka, dan kirim gambar meme kata “Wahai guruku, Kau ibarat sebatang lilin, Menerangi alam kegelapan, Kau sanggup membakar dirimu. Wahai guruku, Kau insan yang mulia, Mendidik dan membimbing daku, Kaulah insan yang kusanjungi.

Itulah salah satu meme yang ada disosial media whatshaap. Sampai melalui surat edaran (Mendikbud) No 10 Thn 2016 tentang pekan (HGN) Tahun 2016. Himbuan bagi Gubernur, Bupati Wali Kota, dan Kepala UPT di lingkungan kemdikbud untuk menyiapkan berbagi macam media publikasi seperti, stiker/ spanduk/ pindan/ atau informasi gratis tentanggerakan terima kasih kepada guru disertai ungkapan rasa bahagia antara lain: ayo hormati guru, guru mulia karena karya, hormatilah guru, sayangilah guru, anaku kuantar kau menjadi pintar dan/ atau, kegigihanmu guruku takkan kami lupakan, dll.

Tak lupa prof. Dr. Muhadjir effendy, MAP selaku meteri dalam Kementerian Pendidikandan Kebudayaan (Kemendikbud) memperingati hari guru nasional (HGN) kemarin 25 Nopember 2016, dengan mengajak asosiasi profesi guru dariPersatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Fedrasi Guru Independen Indonesia (FGII), dan Persatuan Guru Nadhatul Ulama (Pergunu). Mengusung tema (HGN) “Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya”, dengan semangat membangitkan lagi ruh guru untuk lebih berkarya bagi negeri, dengan harapan bersama bahwa kebijakan pemerintah terhadap pendidikan dalam menghargai profesi guru dan tenaga kependidikan menuju Indonesia adil, makmur dan beradab ditengah persaingan era khidupan global.

Peranguru dalam membangun bangsa sangatlah besar apalagi bagi kita semua yang perna mengenyam pendidikan di SD, SMP, SMA dan di Perguruan tinggi yang tidak lepas dari peran pendidik. Jasa guru begitu besar, akan tetapi mengapa profesi sebagai guru begitu parsial. Dan perhatian pemerintah terhadap guru kurang begitu serius, kalau melihat realitasnya. Manakalah bangsa Indonesia ingin maju, maka prioritaskan nasib guru dalam membangun Indonesia lebih baik. Tidak bisa kita elakan untuk berkacap ada Negara maju di dunai seperti pendidikan Negara Finlandia, Jepang, Cina, Korsel bahkan Amarika dan Singapura, begitu besar perhatian mereka terhadap guru pendidik, sehingga wajarlah SDM mereka sangat berkualitas dan mumpuni dalam bidang soft skill dan shard skill di dalam era persainganglobal saatini.

Sayang sekali dengan guru kita yang menyandang “pahlawan tanpa tanda jasa”, mereka masih berjuang dalam menekuni profesi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hanya berbalas jasa upah yang minim bagi guru-guru ikhlas yang berada diplosok negeri ini, yang tiap hari aktivitas mereka isi dengan mengabdi pada negeri yang belum bisa berdikari ditanah pertiwi sendiri, dengan kehidupan yang layak, banyak sekali guru - guru non PNS, guru honorer dan guru bantu yang hanya mampu memenuhi kebutuhan mereka dan makan sehari - hari, disbanding tugas mulia mereka sebagai guru bangsa, akankah terus seperti ini.

Harapan besar guru
Membangun manusia Indonesia berkualitas, berkarakter yang diembankan semua ke-gurusangatlah naif, manakalah bangsa kita menomorakhirkan keberadaan guru dalam membangun pondasi vital dalam membentuk karakter, pola pikir SDM Indonesia. Dengan adanya perhatian dan prioritas pemerintah terhadap guru, diharapkan mampu menjadikan semangat guru sungguh-sungguh dalam mendidik, mengajar dan mentransformasikan ilmu kepada peserta didik dalam pembelajaran.

Pemerintah punya prioritas
Peningkatan anggaran pendidikan masih belum memiliki korelasi signifikan terhadap kualitas pendidikan sendiri dalam membentuk jati diri bangsa yang memiliki pola pikir, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Kurang sungguh-sungguhnya para pendidik dalam dedikasinya didunia pendidikan, yang orientasi tujuannya mengalami pengkaburan, karena kurang fokusnya dalam menekuni tugasnya. Apalagi dan ada anggaran BOS sendiri mengalami penyimpangan sasarannya, serta tunjangan guru mengalami keterlambatan dalam pencairannya, sehingga mempengaruhi kualitas guru dalam mengajarnya.

Amanat guru
Tugas guru sangatlah besar dalam membangun masa depan genarasi penerus bangsa untuk lebih baik, lebih berbudaya dan membangun peradaban melalui pendidikan sangat diharapkan semua kalangan. Maka wajiblah kita memuliakan guru, dengan diawali dengan memperbaiki kesejahteraan mereka, bahkan memuliahkan mereka ditengah masyarakat, agar lebih tenang, focus bekerja mendidik anak -anak bangsa. Perlu upaya sirnergi antara pemenuhan kesejahtraan guru agar mempumeningkatkanketerampilan guru sebagai pendidik. Sehingga mutu dari pendidikan bisa kita lihat keberhasilannya dari tes Programme Internasional for Student Assessment (PISA).

Momentum untuk refleksi
Sesuai data BPS terakhir septmber 2015, bahwa jumlah sekolah yang ada di Indonesia 12.409, dengan jumlah guru 278.711, dan murid 4.272.288 juta, dengan jumlah yang begitu besar siswa - siswa yang ada, diharapkan guru mampu menjadi escalator penggerak pendidikan menuju lebih baik, mungkinkah itu?, hal tersebut menjadi kewajiban kita bersama-sama dalam upaya membangun Indonesia emas pada tahun 2045 yang akan datang.