Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Hambatan Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K13)?

Setiap terjadi perubuhan selalu ada pro dan kontra dan sering terjadi kegelisahan di dunia pendidikan. Demikian pula setiap terjadi perubahan dan pengembangan kurikulum, selalu terjadi tantangan dalam implementasinya. Pen- gembangan dan pembaharuan kurikulum pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan segala dimensinya. (Samsudi, 2009). Demikian juga perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 merupakan proses dinamis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan(Kastawi, Widodo, & Mulyaningrum, 2017). 

Mengatasi Hambatan Masalah


Irianto. (2011, p.5) menyatakan bahwa hendaknya pendidikan mampu melahirkan lapisan masyarakat terdidik dan menjadi kekuatan yang merekatkan unit-unit sosial di dalam masyarakat. Upaya pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan pemerintah memastikan diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang telah berjalan sebelumnya. Seiring dengan kepastian pemerintah terkait dengan pengembangan kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013 memunculkan sebuah tantangan baru bagi guru. Konsep Kurikulum 2013 ini menuntut guru agar menerapkan pembelajaran berbasis tematik integratif.(Wangid, Mustadi, Erviana, & Arifin, 2014).

Metode tematik integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara terpisah. Pembelajaran menggunakan tematik integratif memberikan makna yang utuh kepada peserta didik yang diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya perubahan pada kurikulum ini, akan berdampak kepada kegiatan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa tidak lagi mempelajari mata pelajaran secara terpisah, namun dikaitkan dengan mata pelajaran lain sesuai dengan tema. Dengan demikian, para murid diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai keberhasilan dalam keseluruhan proses belajarnya. Proses penyesuaian tersebut memerlukan bantuan yang sistematis dari pendidik, namun jika bantuan tersebut tidak dipenuhi oleh guru akan dapat menyebabkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran siswa. (Lestari, Meter, & Negara, 2015). Pembelajaran yang terjadi akibat implementasi dari kurikulum 2013 ini adalah adalah Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pembelajaran lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa.(Sinambela, 2013).

Kurikulum 2013 ini tidak hanya menitikberatkan pada keterampilan dan pengetahuan yang bermuara pada kreativitas dan kompetensi siswa dalam memahami ilmu pengetahuan dan sains yang berpijak pada mengobservasi lingkungan, memilah, meneliti alam sekitar serta mampu berinovasi melahirkan hal-hal baru berkat kreativitas yang diasah sehingga bisa menemukan penemuan baru, tetapi juga menitikberatkan pada menanamkan moralitas dan budi pekerti ke dalam diri mereka yang berbuah pada sikap akhlak yang baik di tengah-tengah masyarakat nantinya.(Sutjipto, 2014).

Setiap terjadi perubahan kurikulum, guru adalah pihak yang paling terkena dampaknya. Perubahan kurikulum berarti perubahan bahan ajar dan pendekatan yang digunakan. Berarti guru harus membuat persiapan yang baru menyesuaikan kurikulum yang berubah. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi dialami para guru di berbagai belahan dunia. Di Selandia Baru misalnya, para guru sejarah harus bekerja keras untuk mempersiapkan materi baru ketika terjadi perubahan kebijakan terkait mata pelajaran sejarah. Demikian pula di Indonesia, setiap perubahan kurikulum juga akan berdampak langsung kepada guru. Oleh karena penting untuk mengetahui kesiapanpan guru dalam implementasi Kurikulum 2013.(Kastawi et al., 2017). Pentingnya pemahaman konsep bagi siswa dan masih banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh para siswa maka dirasa perlu untuk dilakukan suatu pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam mempelajari pelajaran pada kurikulum 2013. Hal itu perlu dilakukan agar guru dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam mempelajari pelajaran pada kurikulum 2013. (Lestari et al., 2015).

Sebagian besar guru merasa belum siap mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan alasan belum memahami hakikat Kurikulum baru tersebut. Kurangnya pemahaman guru disebabkan karena pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota, Provinsi, bahkan pemerintah di level nasional tidak didesain dengan baik. Beberapa informan menyatakan bahwa terkesan pelatihan diselenggarakan secara asal-asalan, misalnya waktu pelaksanaan pelatihan sering dipadatkan atau waktu pelatihan sampai malam hari sehingga besok.(Machali, 1970) dukungan warga sekolah untuk implementasi kurikulum ini dirasa kurang, walau mereka juga menyatakan menyambut baik Kurikulum 2013.

Rendahnya dukungan ini karena mereka belum tahu apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak dalam memberikan dukungan demi suksesnya implementasi kurikulum ini. Oleh karena itu, menurut mereka perlu segera dilakukan pelatihan untuk kepala sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, dan tenaga administrasi mengenai Kurikulum 2013. (Machali, 1970). Sejak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan bahwa Kurikulum 2013 diterapkan disemua jenjang pendidikan secara bertahap, Pemerintah Daerah juga telah mengalokasikan anggaran untuk itu. Terlihat mulai tahun anggaran 2014 pemerintah daerah sudah menganggarkan untuk pelatihan guru dan pengadaan buku dari Anggaran Pendapatan dan Be- lanja Daerah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahun 2015 dan 2016 anggaran untuk implementasi Kurikulum 2013 semakin besar, karena semakin banyak peserta yang akan dilatih dan pengadaan buku juga semakin besar. Karena pelatihan juga tidak hanya diberikan kepada guru, melainkan juga kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah. Bahkan di beberapa kabupaten, anggaran tahun 2015 dan 2016 telah dialokasikan untuk mendampingi guru-guru dalam mengajar di kelas dalam rangka mengevaluasi apakah sudah sesuai yang diinginkan oleh Kurikulum 2013 atau belum.(Machali, 1970).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung implementasi Kurikulum 2013 di lapangan, yaitu (1) penganggaran yang jelas dari pemerintah daerah untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013, (2) koodinasi yang baik dari pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi dengan pemerintah pusat dalam pengadaan sarana pembelajaran dan pelatihan, perencaan yang baik, dan (3) ketersediaan sarana pembelajaran lainnya seperti LCD dan sambungan internet. Walau begitu implementasi Kurikulum 2013 walaupun sudah berjalan dengan efektif namun tetap terdapat beberapa kendala seperti, antara lain pendekatan tematik tidak sesuai dengan mata pelajaran, penambahan materi banyak sebaliknya waktunya sedikit, banyaknya kesalahan pada isi Kurikulum 2013, dan keterlambatan buku siswa dan buku guru (Machali, 1970).

Beberapa hal yang urgen dilakukan antara lain adalah perbaikan manajemen implementasi Kurikulum 2013. Sebisa mungkin pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bersama-sama menetapkan target berapa sekolah yang akan mengimplementakan dalam kurum waktu 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang. Siklus impementasi Kurikulum 2013 harus di buat mulai dari penganggaran, pengadaan sarana pendidikan, pelatihan, implementasi dan pendampingan, serta evaluasi keberhasilan dan kegagalannya.(Machali, 1970) .

Referensi
  1. Kastawi, N. S., Widodo, S., & Mulyaningrum, E. R. (2017). Kendala dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Jawa Tengah dan Strategi Penanganannya. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, 5(6), 66–76
  2. Lestari, N. P. L. D., Meter, I. G., & Negara, I. G. A. O. (2015). Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas IV Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar. MIMBAR PGSD Undiksha, 3(1), 1–11. Retrieved from https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/5069
  3. Machali, I. (1970). Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045. Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 71. https://doi.org/10.14421/jpi.2014.31.71-94
  4. Sinambela, P. N. J. M. (2013). Kurikulum 2013, Guru, Siswa, Afektif, Psikomotorik, Kognitif. E-Journal Universitas Negeri Medan, 6, 17–29.
  5. Sutjipto. (2014). Dampak Pengimplementasian Kurikulum 2013 Terhadap Performa Siswa Sekolah Menengah Pertama Implementation Impact of Curriculum 2013 Junior Secondary School. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(2), 187–199.
  6. Wangid, M. N., Mustadi, A., Erviana, V. Y., & Arifin, S. (2014). Kesiapan Guru SD dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di DIY KESIAPAN GURU SD DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK- INTEGRATIF PADA KURIKULUM 2013 DI DIY THE STUDY ON THE ELEMANTARY SCHOOL TEACHERS READINESS IN IMPLEMENT. Jurnal Prima Edukasia, 2(2), 175–182.


By: Esty Hikmah Mayank Sari