Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BAGAIMANA PERMASALAHAN & SOLUSI PENGAJARAN SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SDN KALITENGAH 1 SIDOARJO?

PERMASALAHAN & SOLUSI PENGAJARAN SISWA



ABSTRAK
Pemerintah Indonesia telah mengakui pentingnya bahasa Inggris dengan memasukkannya ke dalam sistem pendidikan selama lima dekade. Bahasa Inggris telah terintegrasi ke sekolah berstandart nasional  untuk waktu yang lama. Bahasa Inggris mengerahkan pengaruh yang lebih kuat lagi di dunia modern dan telah menjadi bahasa internasional. Ada juga keuntungan mengenalkan bahasa asing bagi pelajar muda. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk mengenalkan bahasa Inggris  Di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo, kebijakan ini bersifat opsional. Itu tergantung pada tuntutan sekolah dan masyarakat. Sekolah dan masyarakat bertanggung jawab untuk menyediakan guru, kurikulum dan fasilitas. Guru merupakan salah satu bagian terpenting dalam wacana pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah. Inilah yang tertarik untuk meneliti persepsi mereka tentang pengajaran bahasa Inggris yang lebih optimal melalui ekstra conversation untuk siswa SDN KALITENGAH  1 Sidoarjo.
Kata Kunci :  Bahasa internasional, Optional, Kurikulum

PENDAHULUAN
Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia sudah dimulai pada saat setelah masa Kemerdekaan Indonesia. Berbagai kurikulum dan metode telah dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai bahasa Inggris. Walaupun demikian hasilnya masih belum dirasakan maksimal dalam membuat siswa dapat berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tersebut.Berbagai masalah dan faktor yang melatar belakangi mengapa hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan.

(Http:www.depdiknas.go.id/selayangpandangpenyelenggaraanpendidikannasional.)Sekolah mempunyai kewenangan mengenai mata pelajaran bahasa Inggris dimasukkan sebagai salah satu ekstra conversation yang mulai hilang  yang diajarkan di SDN KALITENGAH  1 Sidoarjo berdasarkan pertimbangan dan kebutuhan situasi dan kondisi baik dari orang tua maupun lingkungan masyarakat itu sendiri. Kebijakan ini membawa dampak yang positif baik bagi masyarakat maupun sekolah yang menyelenggarakan program tersebut. Selama kurun waktu beberapa tahun ini, adanya kecendrungan yang meningkat sekolah melaksanakan program pengajaran bahasa Inggris melalui kegiatan ekstra conversation di SDN KALITENGAH  1 Sidoarjo.

Dalam perkembangannya program ini menghadapi masalah – masalah baik dari sekolah maupun dari guru. Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya sillabus khusus mata pelajaran bahasa Inggris. Walaupun sebagai mata pelajaran ekstra conversation akan tetapi bahasa Inggris haruslah tetap mempunyai sillabus tersendiri. Pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan nasional bidang dasar dan menengah tidak menyediakan sillabus mata pelajaran bahasa Inggris. Tugas tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masing – masing daerah propinsi untuk membuat sillabus tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tersebut. Masalah yang lain adalah metode dan strategi pengajaran oleh guru yang tidak sesuai dengan perkembangan siswa. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan melihat selain kendala yang dihadapi diatas, masalah – masalah apa lagi yang muncul dihadapi oleh guru selama proses pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH  1 Sidoarjo dan bagaimana mereka melaksanakan pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo.

Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menguraikan pendapat guru mengenai masalah yang mereka hadapi dalam pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo. Hasil data yang diperoleh akan diuraikan secara naratif atau deskriptif sebagai salah satu faktor yang menonjol dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif.


PEMBAHASAN
Materi Pengajaran

Hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan suatu kesimpulan bahwa materi pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo haruslah bersifat gembira dan interaktif. Oleh sebab itu materi dan metode yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan siswa. Para guru mengatakan bahwa mereka bisa menggunakan lagu, teka teki, permainan dan gambar yang menarik selama proses belajar mengajar tersebut. Dunn (1983) mengatakan bahwa pembelajar muda sangat mudah meningkatkan kemampuan berbahasa mereka melalui permainan yang tepat untuk usia mereka. Akan tetapi tidak semua permainan untuk siswa muda cocok bagi mereka. Oleh karena itu tugas dan kewajiban guru untuk dapat menyeleksi permainan yang cocok buat mereka sesuai dengan tingkat kognitif, fisik, dan emosional anak. Hasil data juga menunjukkan bahwa para guru percaya bahwa buku pelajaran siswa seharusnya penuh warna agar menjadi menarik perhatian dan motivasi siswa itu sendiri. Greene dan Petty (1967) sangat mendukung pendapat ini. Mereka mengatakan bahwa gambar yang berwarna dan interaktif membuat siswa menjadi tertarik dan penasaran sehingga menambah motivasi mereka untuk mempelajari bahan selanjutnya.Ditambahkan pula bahwa siswa akan lebih mudah untuk menghafal kosa kata ketika mereka melihat sesuatu yang menarik. Menurut pendapat Frost (1967) bahwa mental pembelajar muda akan sangat tertarik ketika melihat objek yang sebenarnya. Objek itupun akan sangat membantu untuk mengembangkan imajinasi mereka.

Ketika para responden ditanyakan apakah selama proses pembelajaran di kelas mereka menekankan pada pendekatan keahlian bahasa yang terpadu atau hanya menekankan pada satu atau beberapa aspek tertentu saja. Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa mereka sendiri mempunyai pendapat yang berbeda. Saya pikir perbedaan mereka ini dikarenakan keterbatasan bahan pengajaran dan metode dari responden.

Pada umumnya guru berpendapat bahwa penekanan bahan pengajaran haruslah dibatasi hanya untuk aspek tertentu. Hal ini disebabkan waktu yang disediakan sangat terbatas dan jumlah siswa sangat banyak. Akan tetapi menurut peneliti sendiri dengan menekankan kemampuan siswa pada aspek tertentu maka hasil yang akan diperolh tidaklah maksimal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Green dan Pretty (1967) bahwa tujuan pembelajaran bahasa haruslah menekankan pada seluruh kemampuan bahasa tersebut. Pembelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak haruslah diajarkan secara terpadu.

Tujuan Pengajaran Bahasa Inggris di SDN KALITENGAH  1 Sidoarjo
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa para responden menyatakan bahwa pengenalan bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo sangat penting. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi program ini harus terus dilanjutkan. Alasan yang pertama ialah bahasa Inggris adalah suatu bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional khususnya di era globalisasi sekarang ini. Bahasa Inggris dipergunakan sebagai media komunikasi dengan orang lain dari berbagai negara.Menurut pendapat Crystal (2003) bahwa bahasa Inggris tersebar dan dipergunakan hampir seperempat penduduk dunia dan terus akan berkembang menjadi satu setengah trilyun pada awal tahun 2000 an ini. Alasan kedua ialah dengan menguasai bahasa Inggris maka orang akan dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo maka siswa akan mengenal dan mengetahui bahasa tersebut lebih awal. Oleh karena itu mereka akan mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut pedoman garis besar pendidikan dasar di Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal siswa pengetahuan dasar sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Website Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Alasan yang terakhir adalah bagi orang tua dan guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang.Oleh karena mngutip pendapat Pennycook (1995:40) bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat.

Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa Inggris diadakan di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami kesulitan . oleh krena itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini menurut responden ialah penguasaan kosa kata terutama ektra conversation yang mulai hilang. Dengan menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain.

Masalah – Masalah Yang dihadapi Guru dan Bagaimana Mereka Mengatasinya.
 Keahlian Profesi
 Dari data yang diperoleh para guru menyatakan rasa percaya dirinya bahwa mereka layak dan mempunyai keahlian profesi untuk mengajarkan bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo. Pada umumnya responden telah mempunyai kualifikasi pendidikan bahasa Inggris dan melalui pelatihan serta kursus bahasa Inggris. Hal ini penting dan sesuai yang dikemukakan oleh Brook (1967) bahwa seorang guru bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo haruslah mempunyai keahlian dalam bahasa Inggris atau telah mengikuti pelatihan untuk mengajar siswa di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo.Walaupun demikian saya sendiri berpendapat bahwa mereka masih harus meningkatkan kemampuannya khususnya dalam hal memahami kebiasaan anak dalam belajar bahasa asing. Oleh karena itu pelatihan atau lokakarya masih sangatlah mereka butuhkan. Di sisi yang lain perhatian pemerintah, sekolah dan masyarakat haruslah ditingkatkan khususnya mengenai status guru honor sehingga program ini bisa berlangsung dengan baik.

Pelaksanaan Pengajaran di Ruang Kelas
 Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa para responden umumnya mempunyai masalah mengenai pelaksanaan pengajaran di kelas. Mereka semua mengharapkan terjadi suasana yang menyenangkan selama mereka mengajar. Apa yang terjadi jauh dari harapan mereka. Dalam pengajaran bahasa jumlah siswa seharusnya dibatasi. Akan tetapi kenyataannya bahwa di dalam kelas terdapat 30 orang atau lebih siswa sehingga tidak menciptakan suasana yang ideal. Namun demikian hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan membagi siswa menjadi bebarapa kelompok atau membagi mereka dengan kerja berpasangan. Johnson (1994:185) mengatakan bahwa ada tiga kelebihan membagi siswa menjadi perkelompok:

  1. Menciptakan suasana interaksi antara siswa dengan siswa
  2. Merubah budaya siswa dari kerja individu menjadi kerja dalam satu kelompok.
  3. Membuat suasana yang lebih variatif sehingga membuat siswa bisa menunjukkan kemampuannya secara maksimal.

Ahli lain, Dunn (1983), berpendapat bahwa dalam satu kelas sebaiknya dihuni antara 12 sampai 20 siswa. Untuk siswa SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo biasanya memerlukan perhatian yang lebih. Siswanya mengharapkan agar mereka bisa lebih diperhatikan secara individu mengingat usia mereka yang masih muda.ketersediaan buku pelajaran bagi guru dan siswa juga merupakan faktor penunjang kesuksesan program ini. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa semua guru memakai buku pelajaran sebagai penuntun mereka dalam memberikan materi pengajaran. Tetapi beberapa guru mengalami masalah karena kurang tersedianya buku pelajaran bagi mereka. Tidak semua siswa mempunyai buku pelajaran sehingga mereka harus berbagi dengan siswa lain.Dari hasil observasi di sekolah lain ditemukan bahwa ketersediaan buku pelajaran hanya terdapat di sekolah swasta yang kualitasnya sangat bagus. Masalah tersebut di atas juga ditambah dengan guru tidak mempunyai pedoman buku mana yang layak serta memenuhi standar untuk dipergunakan sebagai materi pembelajaran di kelas.

Ketidaktersediaan buku pelajaran di sekolah dapat menghambat atau menurunkan motivasi siswa dan guru. Salah satu cara mengurangi masalah tersebut ialah dengan memberikan materi yang sangat mereka kenali sebelumnya. Sebagai contoh bahan pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan mereka sehari – hari, pengenalan alat-alat praktek dasar teknologi yang ada di rumah serta sekolah. Salah satu hal yang mendukung ialah Ratte (1967:279) yang mengatakan pembelajaran bahasa asing akan sangat berguna apabila bahan pengajaran berkaitan dengan hal – hal kegiatan sehari – hari, atau nmenggunakan media yang sesungguhnya sehingga meningkatkan rasa ingin tahu siswa serta motivasi belajarnya. Pendapat lain dari Hamalainen (1967) yang mengatakan bahwa cara untuk meninkatkan motivasi siswa dalam belajar ialah dengan menggunakan media pengajaran yang tepat misalnya film, gerakan tubuh, globe, gambar tape recorder.

Hal lain yang penting diperhatikan ialah masalah penempatan meja dan kursi di kelas. Pada kelas tradisional siswa biasanya duduku di bangku yang berbaris dan guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Dalam situasi seperti ini hasil yang diharapkan tidak maksimal. Oleh karena itu sekolah dan masyarakat saling membantu untuk menyediakan fasilitas kelas yang baik sehingga kegiatan siswa di kelas dapat berlangsung lancar. Dunn (1983) mengatakan penempatan meja dan kursi di kelas harus bisa di atur sedemikian rupa sehingga interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dapat berlansung dengan baik.

Partisipasi Sekolah dan Masyarakat
 Dari hasil data yang didapat umumnya responden menyatakan ketidakpuasannya berkaitan dengan partisipasi sekolah dan masyarakat. Guru umumnya menyatakan sekolah seharusnya bertanggungjawab pada pemenuhan peralatan dan sarana pengajaran di sekolah. Mereka harus mengerjakan pekerjaan lainnya selain mengajar. Dari pihak guru sendiri mereka bisa berhenti mengajar apaila ada tawaran yang lebih menjanjikan dari pihak lain. Apabila terjadi hal demikian maka kelangsungan program ini akan menjadi tanda tanya.

Masalah lainnya adalah kekurangan media pengajaran. Para guru harus mempersiapkan media pengajarannya yang secara tidak langsung menambah pengeluaran mereka sendiri. Meskipun demikian guru tersebut sangat senang mengajar siswanya. Kewajiban sekolah sebenarnya yang bisa menyediakan suasana pengajaran yang ideal. Kekurangan lainnya adalah tidak adanya fasilitas laboratorium bahasa yang mulai hilang (tidak ada) dan perpustakaan yang memenuhi standar di sekolah SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dan sudah dibahas pada bagian sebelumnya maka dapat didapat empat kesimpulan utama: Pertama, para guru yakin bahwa dengan memberikan materi pengajaran yang baik bisa meningkatkan hasil yang positif terhadap siswa. Mereka berpendapat bahwa siswa akan lebih senang belajar dan termotivasi apabila materi yang diajarkan mengenai kejadian sehari – hari mereka, waktu, musim, benda – benda yang ada di sekolah dan di rumah.Apalagi materi tersebut membuat mereka gembira dan interaktif. Hal tersebut didapatkan apabila materinya melalui lagu, teka – teki, permaianan cerita dan gambar. Kedua, program pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo sangat baik sekali sebagai tahap pengenalan bahasa asing sebelum mereka melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Namun demikian karena hanya lima responded yang bisa di wawancarai maka peneliti tida bisa memberikan generalisasi mengenai hal tersebut. Masalah yang lebih banyak terdapat pada bagian pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Ada dua alasan utama penyebab terjadinya masalah tersebut. Yang pertama ialah kelemahan guru dalam hal menangani masalah siswa di kelas. Yang kedua adalah ketersediaan sarana yang terbatas dari pihak sekolah. Oleh karena itu guru merasa bahwa keterlibatan pihak sekolah dan masyarakat belum banyak membantu pelaksanaan program ini. Sehingga para guru sangat mengharapkan keterlibatan pihak sekolah dan masyarakat khususnya orang tua dalam menyukseskan program pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo melalui penyediaan sarana dan fasilitas yang cukup buat guru dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut, guna mendukung nilai UNAS siswa kelas VI dengan hasil sempurna.

Saran-saran
 Walaupun selama pelaksanaan program ini banyak mengalami hambatan akan tetapi masih dipercaya bahwa program pengajaran bahasa Inggris untuk siswa di SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo akan tetap dilanjutkan apabila beberapa hal bisa diperbaiki maupun ditingkatkan. Hal yang pertama yang harus dilakukan ialah meningkatkan pengetahuan dan keahlian guru dalam hal menangani kelas dan siswa karena siswanya masih sangat muda oleh karena itu mereka harus diperlakukan sebagaimana mestinya walaupun sebagian besar mereka sudah mempunyai kualifikasi yang baik. Selain itu para guru juga dalam proses belajar mengajarnya harus lebih banyak menggunakan media pembelajaran yang tepat bagi siswa SDN KALITENGAH 1 Sidoarjo. Oleh karena itu sangat diharapkan partisispasi yang lebih banyak dari pihak sekolah dan masyarakat khususnya para orang tua untuk menyediakan media pengajaran serta sarana penunjang pembelajaran bahasa asing di sekolah. Yang terakhir ialah perlu kiranya penelitian ini dilanjutkan ke skala yang lebih luas sehingga kita semua memperoleh gambaran yang sebenarnya pengajaran bahasa Inggris di SDN KALITEGAH 1 Sidoarjo khususnya di wilayah Sidoarjo.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Cummins, Jim. (1994), “Knowledge, Power, and Identity in Teaching English as a Second Language”. In Genesse Fred (Eds), Educating Second Language Children: the Whole Child, the Whole Curriculum, the Whole Community, Cambridge University Press, the United States of America.
  2. Dardjowidjojo, Soenjono. (2002), “Academic and Non-academic Constraints in the Teaching of English in Indonesia”. In Syahid, A., Al-Jauhari, A. (Eds), Bahasa, Pendidikan, dan Agama , Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
  3. Denzin, Norman K, Lincoln, and Yvonna S. (Eds). (2000), Handbook of Qualitative Research, (2 nd ed), Sage Publication, California.
  4. Depdiknas, Http:www.depdiknas.go.id/selayangpandangpenyelenggaraanpendidikannasional.“Assessed 3 March 2004”.
  5. Dunn, Opal. (1983), Beginning English With Young Children, the Macmillan Press Limited, London.
  6. Dunn, Opal. (1984), Developing English With Young Learners, the Macmillan Press Limited, London.
  7. Emmitt, Marie and Pollock, John. (1997), Language and Learning: an Introduction for Teaching, (2 nd edn), Oxford University Press, Australia.
  8. Jazadi, Iwan. (2004), “ELT in Indonesia in the Context of English as a Global Language”. In Cahyono, Y. B and Widiati, Utami (Eds), The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia, State University of Malang Press, Indonesia.
  9. Kamal, Sirajuddin. (2004), English Language Teaching in Primary Schools in Indonesia, Unpublished Masters Thesis, Monash University, Melbourne.
  10. Lancy, David F. (1993). Qualitative Research in Education: an Introduction to the Major Traditions, Longman, New York.
  11. Luciana. (2004), “Teaching and Assessing Young Learners English: Bridging the Gap”. In Cahyono, Y. B and Widiati, Utami (Eds), The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia, State University of Malang Press, Indonesia.
  12. Mantiri, Oktavian. (2004), “Problematic Issues of ELT in Indonesia”. In Cahyono, Y. B and Widiati, Utami (Eds), The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia, State University of Malang Press, Indonesia.
  13. Maykut, P and Morehouse, R. (1994), Beginning Qualitative Research: A Philosophic and Practical Guide, Falmer Press, London.