Bagaimana PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI?
Pada umumnya bahasa pada anak berkembang dari sederhana ke kompleks dalam pola yang dapat diperkirakan pada setiap individu di dunia ini, perkembangan bahasa ini merupakan kombinasi dari interaksi sosial, perkembangan emosinya, kemampuan kognitif, dan perkembangan fisik/ motoriknya. Perkembangan tata bahasa pada anak ini bergerak dari satu kata atau satu kalimat serta pengucapan kata atau frasa dalam suatu kalimat yang kompleks dengan frase kata depan, aturan, dan bentuk jamak perlu dikoreksi lagi.
Berbahasa pada manusia sebenarnya di pelajari sejak ia bayi dan bahasa itupun semakin berkembang siring berjalannya waktu. Pada saat bayi anak mempelajari bahasa melalui interaksi sosial dengan orang disekitarnya, melalui kesempatan mendengarkan dan mecoba untuk mengungkapkan apa yang sudah diajarkan kepadanya. Lalu pada saat usia dini kemampuan berbahasa anakpun berkembang berdasarkan pertimbangan tata bahasa yang mampu membuat anak memperoleh kata dari percakapannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rutter, Thorp, dan Golding 2000 (dalam Machado dan Meyer: 2005) mengemuakan bahwa anak menemukan bahasa dari pertanyaan- pertanyaan verbal yang sering diajukan, respon verbal dan non verbal yang diakui dan diterima, melalui interaksi yang intens. Dapat dikatakan bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini ini didapat melalui kata yang ia ucapkan, hal ini dapat mempercepat perkembangan bahasa mereka, perkembangan bahasa pada anak usia dini digunakan untuk melihat percakapan anak disertai dengan penggunaan teknologi untuk merekam suara anak.
Bahasa pada anak usia dini ini memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol- simbol yang dapat digunakan anak usia dini untuk berkomunikasi dan berfikir. Bahasa merupakan alat untuk mengespresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori- kategori untuk berfikir. Menurut Syaodih (2001), aspek bahasa berkembang dimulai dari peniruan bunyi dan meraban. Perkembangan selanjutnya yaitu berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.
Bahasa adalah alat untuk berfikir, berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu yaitu bahasa. Kemampuan berbahasa pada anak usia ini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis anak perilu belajar membaca dan menulis. Oleh karena itu, belajar bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar bahasa untuk literasi, yaitu belajar membaca dan menulis.
Maka dari itu kita sebagai orang tua harus selalu berperan aktif dalam mengajarkan bahasa yang baik dan benar pada anak, dengan peran keluarga akan sangat mengembangkan potensi anak dalam berbahasa. Usia dini merupakan usia yang sangat sangat emas bagi seseorang, artinya bila pada masa itu anak diberi pendidikan tentang kebahasaan yang tepat maka ia akan memperoleh kesiapan dalam belajar yang baik, yang merupakan kunci keberhasilan bagi pembelajarannya dijenjang berikutnya.
Pengenalan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah pada anak sangat diperlukan pada anak, hal ini dijelaskan dalam teori yang terbaru yaitu connectionism, sangat berakitan erat dengan bahasa, yaitu pembuatan program kompunter yang mencoba menirukan krtja otak dalam proses berbahasa. Dalam hal ini komputer diprogram agar dapat menemukan pola dan struktur bahasanya sendiri tanpa diberi asupan tentang tata bahasa , hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi otak k anak.
Salah satu penelitian menyatakan bahwa anak- anak yang dikoreksi pada saat memulai berbicara, hasilnya akan sangat buruk dibandingkan anak- anak yang tidak pernah dikoreksi. Hal ini sangat menunjang hasil penelitian connectionism bahwa anak- anak akan menemukan sendiri melalui analogi dan koneksi. Seorang anak tidak akan dapat berbahasa apabila tidak adanya komunikasi antar lingkungan kelurga dan lingkungan masyarakat.
Pendapat ini pada umumnya mengacu pada kasus anak manusia yang diasuh oleh binatang, yang di sampaikan dalam buku Wolf Childern yang ditulis oleh Malson (1972). Dari kasus- kasus itulah berkembang pemikiran tentang adanya critical priod untuk belajar bahasa. Belajar bahasa dimulai sejak lahir hingga sekitar 15-17 tahun, di luar sensitive period ada kencenderungan sulit unruk mempelajari bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang dewasa lebih sulit untuk belajar bahasa dibandingkan dengan anak- anak, terutama yang menyangkut perihal intonasi dalam berbahasa.
Pendekatan struktural lebih berorientasi pada pengamatan bahasa dan cara berbahasa. Speech production and comprehension mencoba memahami prespektif proses pemahaman dan/atau produksi bahasa yang terjadi pada otak manusia. Misalnya meneliti deengan menggunakan data linguistik berupa slip of the tongue yang dikenal sebagai spoonerisms.
Pendidikan bahasa pada anak sangat diperlukan karena dengan berbahasa yang baik kita dapat dengan mudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan muda sebagaimana yang dijelaskan diatas, pada saat usia dini anak akan dengan mudah menangkap apa yang diajarkan oleh orang tua dan orang disekitarnya perilah berbahasa.
Selain penjelasan diatas ada teori lain yang menyatakan bahwa bahsa baru muncul saat anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju dan pengalaman berbahasa anak bergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu ( John Piaget ). Sementara menurut Lev Vigotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain(Jarvis,2009) bahwa perkembangan mental, bahasa, dan sosial diddukung dan ditingkatkan oleh orang lain melaui interaksi sosial yang terjadi pada seseorang tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan atar pribadi yang bagus akan meningkatkan perkembangan sosial, dan berbahasa pada anak tersebut (Marisson 2012).
Demikian penjelasan diatas tentang perkembangan berbahasa pada anak yang sangat penting dilakukan karena, anak- anak harus memahami orang lain dan berkomunikasi secara efektif untuk menunjukan kemampuan dan ketrampilan sosial mereka. Selain itu belajar petingnya berbahasa pada anak perku dilakukan karena sangat membantu anak untuk berkembang di lingkungannya, dan lebih memudahkan anak untuk mendapatkan informasi baik secara lisan maupun tertulis.
By: FANNY PUTRI N