Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Virus Corona Melanglang Buana: Indonesia menjadi kunjungan tak terlewatkan baginya


Virus COVID-19 atau yang lebih kita kenal dengan virus corona telah melanglang buana ke ratusan negara di seluruh dunia. Bahkan kabarnya, sampai detik ini sudah 140 negara yang sudah melaporkan bahwa negaranya telah terinfeksi virus ini. Virus corona mulai menggegerkan masyarakat pada akhir tahun 2019 dan semakin menyita perhatian masyarakat pada Januari 2020. Bagaimana tidak menggegerkan? Pada akhir tahun 2019 di China, dilaporkan bahwa sudah 266 orang yang terinfeksi virus ini, bahkan terhitung tanggal 1 Januari 2020, korban bertambah menjadi 381 orang. Kasus ini pertama kali ditemukan di provinsi Wuhan, China. Setah ditelusuri ternyata di sana ada pasar hewan yang menjual hewan-hewan liar, salah satunya adalah kelelawar. Dilaporkan bahwa banyaknya pasien yang menderita virus corona berkaitan dengan pasar hewan tersebut dan di duga berasal dari hewan kelelawar. Hal ini di dasarkan pada pasien pertama yang terserang virus ini merupakan pedagang yang berjualan di pasar tersebut.
Virus Corona Melanglang Buana: Indonesia menjadi kunjungan tak terlewatkan baginya

Dikutip dari IDN Times, penyebaran virus corona dapat menular melalui hewan ke manusia kemudian manusia ke manusia. Virus corona merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan pada manusia yang mirip seperti SARS dan MERS. Orang yang sudah terkena virus corona memiliki gejala-gejala seperti flu, demam yang tinggi, batuk kering dan juga sesak nafas. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari virus corana mirip seperti penyakit flu biasa, oleh karena itu perlu pemeriksaan lebih mendalam untuk menentukan orang tersebut terkena virus ini atau tidak. Akibat yang ditimbulkan dari mewabahnya virus ini yaitu beberapa negara mengalami kerugian yang tidak sedikit. Beberapa negara sudah melakukan lockdown karena takut negaranya tertular, hal ini mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor.

Baru-baru ini Indonesia kedatangan tamu virus corona. Pada tanggal 2 Maret 2020 pemerintah melaporkan adanya 2 WNI yang positif virus corona. Terhitung sampai tanggal 16 Maret 2020 sudah 134 orang yang tertular. Daerah yang paling banyak tertular merupakan wilayah Jakata. Untuk menangkal penyebaran virus ini, pemerintah harus bertindak cepat dan tegas. Sampai detik ini, Presiden belum memberikan instruksi untuk melockdown daerah yang terkena virus. Pemerintah mengatakan langkah ini belum tepat untuk diambil. Hal ini memancing pro dan kontra di masyarakat.
Apabila pemerintah benar akan melockdown, maka akan menghambat kegiatan perekonomian masyarakat. Banyak masyarakat yang bekerja di luar kota akan kesulitan jika pemerintah memberlakukan sistem ini. 

Begitupun masyarakat yang berjualan, entah di pasar maupun di mall. Mereka akan merugi karena masyarakat akan takut untuk berbelanja diluar dan akhirnya tidak mendapatkan penghasilan. Kemudian jika di lockdown, maka akan terjadi panic buying. Masyarakat akan berlomba-lomba membeli barang kebutuhan sebanyak mungkin untuk bertahan hidup selama dirumah. Hal ini lama kelamaan akan menjadikan barang langka dan semakin mahal dijual. Sedangkan jika pemerintah tidak melockdown maka akan mempermudah penyebaran virus, karena akan banyak masyarakat yang beraktivitas diluar dan berinteraksi dengan banyak orang sehingga akan memberikan kesempatan penularan virus lebih besar.

Beberapa daerah sudah melakukan antisipasi untuk menghambat penyebaran virus ini, diantaranya yaitu Jakarta. Gubernur Jakarta, Anis Baswedan menerapkan kebijakan untuk mengurangi jumlah angkutan umum (Transjakarta), mengurangi jam operasionalnya dan juga pembatasan penumpang. Akibat dari kebijakan yang diterapkan ini yaitu terjadi antrian parah di halte Transjakarta dan MRT. Langkah yang diambil pemerintah Jakarta ini dirasa kurang tepat dilakukan karena beberapa perusahaan belum menerapkan bekerja dari rumah, sehingga banyak masyarakat yang berangkat kerja menggunakan angkutan umum. Hal ini akan meningkatkan resiko penularan, karena saat mengantri atau dikendaraan, bisa saja bersentuhan dengan penumpang lain yang positif corona.

Di Yogyakarta, beberapa kampus meliburkan mahasiswanya sampai dengan akhir bulan Apil. Begitupun di Surabaya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini juga memberikan intruksi untuk meliburkan sekolah. Beberapa kampus di Surabaya juga libur, kira-kira sampai akhir bulan Maret. Sementara itu, Gubenur Jawa Timur, Kofifah Indar Parawansa tidak meliburkan SMK karena saat ini SMK sedang menjalani UN. Mengingat jenjang SMA dan SMK merupakan kewenangan dari Pemerintah Provinsi.

Kebijakan untuk meliburkan sekolah ini, bisa jadi efektif untuk mengurangi penularan virus jika masyarakat mau bekerjasama dengan pemerintah.  Tetapi libur sekolah dan kampus ada yang dijadikan ajang liburan untuk pelajar dan mahasiswa. Ada yang memanfaatkan libur ini dengan pergi ke mall, ketemuan di warung kopi atau berlibur ke desa untuk mengunjungi saudara disana. Padahal tujuan pemerintah memberlakukan kebijakan ini adalah untuk memberikan kesempatan masyarakat untuk berdiam diri di rumah dan mengurangi kegiatan di luar ruangan. 

Kemudian jika libur sekolah, orang tua akan kesulitan mengawasi anaknya, terutama yang masih bersekolah di jenjang SD, karena notabennya anak SD belum paham betul mengenai virus ini. Jadi mereka bisa saja keluyuran kemana-mana tanpa pengawasan. Kalau bersekolah kan tujuannya ya pasti ke sekolah, bukan pergi bermain.

Menurut saya, pemerintah kurang serius dalam menangani kasus ini. Pada saat awal-awal penemuan kasus corona di Indonesia, pemerintah tidak memberitahukan daerah yang terkena virus ini kepada masyarakat. Pemerintah menganggap dengan menyembunyikan nama daerah yang terkena virus akan membuat masyarakat panik. Tetapi tidak demikian, jika pemerintah menyembunyikannya, maka kita tidak akan penah tau pasien tersebut sudah berinteraksi dengan siapa saja, dan akhirnya sekarang pasien corona semakin bertambah banyak di Indonesia. Kemudian disaat luar negeri membatasi akses traveling ke negaranya, Indonesia malah sibuk promosi pariwisata. 

Bahkan Menpora belum melarang adanya pertandingan. Bisa dilihat bahwa masih ada saja pertandingan sepak bola. Memang benar animo masyarakat mengenai sepak bola sangat besar, tetapi kesehatan juga harus lebih diutamakan. Padahal kita dihimbau untuk menghindari kerumunan dan mengisolasi diri dirumah. Masyarakat juga kurang tertib, misalnya kemarin ada pasien yang kabur dari Rumah Sakit, kemudian juga masih banyak orang yang malah asik liburan ditengah-tengah wabah virus ini, seakan akan bukan persoalan serius.

Jika tidak ingin tertular dan terhindar dari virus ini, masyarakat harus menerapkan pola hidup sehat dengan sering mencuci tangan, makan banyak sayur dan juga vitamin, tidur cukup, menggunakan masker jika sakit dan hindari kerumunan orang. Masyarakat yang merasa dirinya menunjukkan gejala-gelaja virus corona harus segara memeriksakan dirinya ke dokter. Jika memang terbukti terkena virus corona, maka segara datang ke Rumah Sakit yang telah disarankan pemerintah. Saya berharap wabah ini cepat selesai. Pemerintah harus serius menangani kasus ini, mengingat WHO telah menyatakan virus corona sebagai pandemi global. Masyarakat juga dihimbau untuk tetap tenang, tetapi harus selalu waspada, serta patuh terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.