Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Corona, Merusak Kehidupan Sosial

Dia kecil, dia sangat kecil, amat kecil. Walau dia kecil, namun dia berbahaya. Dia memang kecil, namun ia sudah mengelilingi hampir seluruh dunia ini. Dia ditakuti oleh seluruh manusia. Bahkan pemimpin terkuat sekalipun, bisa saja dikalahkan olehnya. Dia kini masih viral dan menjadi topik perbincangan hangat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini, melebihi viralnya artis ternama sejagat raya. Siapa lagi kalau bukan Virus Corona atau Corona Virus Disease 19. Sekilas tentang Corona, yaitu sebuah keluarga virus yang ditemukan pada hewan dan manusia. Sebagian virusnya dapat menginfeksi manusia dan memunculkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Corona, Merusak Kehidupan Sosial

Penularan virus ini sangatlah cepat. Seorang dokter di Jepang telah membuktikan betapa cepatnya virus ini menyebar. Dengan menghadirkan dua orang, yang salah satunya adalah orang yang positif terkena Corona. Lalu mereka berdua saling berbincang-bincang. Dokter tersebut kemudian melacak pergerakan virus itu menggunakan alat seperti radar untuk melihat pergerakan virus dari tubuh korban yang dikeluarkan melalui mulut. Dan memang, penyebarannya sangat cepat. Dikarenakan penyebarannya yang cepat, Pemerintah Indonesia kemudian menerapkan pembatasan sosial. Yakni dimana kita harus menjauhi kerumunan dan mengurangi kontak dengan banyak orang. Pembatasan ini kemudian berimbas kepada segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang sosial.

Pembatasan sosial ini menyebabkan seseorang tidak bebas berkumpul. Setiap bertemu dengan orang diharuskan untuk menjaga jarak. Bahkan jika ada salah satu dari anggota keluarga kita baru saja pulang dari luar kota, harus ada jarak beberapa meter. Padahal itu adalah anggota keluarga kita sendiri. Tapi kita memang belum tahu apakah anggota keluarga kita itu membawa virus atau tidak. Maka, kita cari jalan aman untuk berjaga jarak. Demi keselamatan anggota keluarga kita bersama. Kita juga diharuskan untuk belajar atau bekerja di rumah untuk sementara waktu. Kita mengkarantina diri sendiri. Hal ini dilakukan guna memutus penyebaran virus ini. Kita jadi tidak bisa bertemu dan berkumpul dengan teman-teman. Dalam kehidupan sosial persekolahan dan perkuliahan, kegiatan belajar mengajar hanya dapat berlangsung secara daring (online). Memang inilah satu cara agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan. 
Di awal kemunculan virus ini, asumsi para pelajar atau mahasiswa, bahwa dengan sifat Corona yang mudah menular tersebut, akan memungkinkan terjadinya peliburan massal. Kenyataannya itu memang terjadi dan menyenangkan hati mereka. Mereka tak perlu susah payah pergi ke sekolah atau kampus lagi. Namun lama kelamaan, mereka menjadi jenuh. Mereka sadar, bahwa liburan kali ini bukanlah libur yang sebenar-sebenarnya libur. Libur kali ini adalah libur yang penuh duka. Ancaman virus yang merajalela. Korban jiwa bertebaran dimana-mana, dan Kriminalitas. Singkat soal kriminalitas, kini makin mencekam. Terutama setelah pemerintah membebaskan para narapidana dengan alasan mencegah penyebaran Corona. Setelah dibebaskan, bukannya bertaubat. Nyatanya bui tak juga menjerakan mereka. Tangan kotor mereka masih bergairah tuk menggasak harta warga, yang kemudian menyebabkan rasa tidak aman, yang juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.

Peran media sosial saat ini sangat membantu masyarakat. Sosial media dapat menjadi sarana untuk menjalin hubungan antarsesama disaat-saat seperti ini. Kita memang makin jarang bertemu dengan teman atau saudara dikala pembatasan sosial seperti ini. Kita juga semakin jarang nongkrong bersama teman atau sahabat kita. Hendak pergi ke warung kopi atau kafe untuk berkumpul, namun aparat telah menutup tempat-tempat tersebut. Makin jarang bertemu, makin rindu. Maka, cara yang dapat dilakukan adalah dengan berkomunikasi melalui sosial media. Seperti yang terjadi pada teman-teman saya, mereka mengungkapkan kerinduan mereka melalui pesan singkat, pesan suara, atau bahkan panggilan video. Akan tetapi, walaupun kita bisa berkomunikasi melalui panggilan video, rasanya sangatlah berbeda dengan ketika kita bertemu langsung. Rasanya seperti ada yang kurang.

Kita tentunya boleh rindu dengan teman, atau dengan siapapun itu. Kita tentunya boleh jenuh karena telah menjalani masa karantina selama hampir satu bulan. Kita tentunya juga boleh mengeluh, karena telah dibebani oleh tugas-tugas sekolah atau rumah yang menumpuk. Namun perlu kita ingat kembali bahwa, kita tidak sendirian. Kita tidak menghadapi pandemi ini seorang diri. Banyak orang diluar sana yang senasib dengan kita, bahkan ada yang keadaannya lebih menyedihkan daripada kita. Kita berjuang bersama melawan virus ini. Mari kita menahan sejenak kemauan-kemauan demi kepentingan kita sendiri. Demi keselamatan bersama, demi kesejahteraan Indonesia, dan demi dunia yang lebih baik. M. Falih Winardi