Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)


Data dari organisasi kesehatan dunia pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 264 juta orang menderita gangguan kecemasan atau yang dapat disebut dengan Anxiety Disorder. Mungkin banyak yang belum mengetahui apa itu gangguan kecemasan atau Anxiety Disorder? Anxiety Disorder masuk dalam ganggan mental, sehingga sudah pasti kondisi ini berbeda dengan rasa cemas biasa. Orang dengan gangguan ini merasa sangat cemas dan khawatir dengan banyak hal. Bahkan untuk situasi normal pun mereka akan tetap merasa cemas. Tidak jarang, dalam kasus yang lebih serius Anxiety Disorder dapat mengganggu aktfitas sehari-hari penderitannya.
Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)


Salah satu kasus tentang Anxiety Disorder adalah berita mengenai meninggalnya Sulli. Dilansir dari CNN Indonesia,  mantan personel girlband korea yaitu f(x) yang bernama  Sulli meninggal dunia pada usia 25 tahun,  Senin, 14 Oktober 2019. Sulli ditemukan tidak bernyawa di rumahnya sendiri di daerah Sujeong-gu, Seongnam, Provinsi Gyeonggi Korea Selatan. Menurut kepolisian, Sulli meninggal karena bunuh diri yang dilakukan dengan gantung diri di lantai dua rumahnya. Kepoisian masih mengusut penyebab kematian Sulli. Namun, sebelum meninggal dunia Sulli diketahui memiliki gangguan mental berupa fobia sosial dan serangan panik. 

Fobia sosial yang diderita Sulli juga dikenal dengan istilah medis Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder). Fobia sosial diartikan dengan sebuah kondisi kesehatan mental yang membuat seseorang takut dan khawatir karena merasa terus-menerus diperhatikan oleh orang lain secara intens. Orang dengan fobia sosial meraasa dirinya takut akan dihina, dihakimi, dan ditolak. Saking takutnya, mereka sulit berteman atau bahkan berkomunikasi dengan orang lain. Ketakutan yang mereka rasakan  sangat sulit untuk dikendalikan.  

Seseorang dengan Social Anxiety Disorder biasanya memiiliki gejala kecemasan atau ketakutan dalam situasi sosial tertentu. Seperti contohnya saat bertemu orang baru, wawancara kerja, menjawab pertanyaan di kelas atau bahkan saat makan dan minum di depan orang lain. Hal yang saya sebutkan tadi dapat memicu timbulya rasa cemas. Selain gejala tersebut, gejala fisik juga sering muncu pada orang yang memiliki Social Anxiety Disorder seperti munculnya keringat, gemetar, detak jantung semakin cepat, mual, dan pusing.  Fobia sosial yang diderita Sulli dilaporkan karena dipengaruhi oleh komentar negatif yang dilontarkan masyarakat di media sosial yang kemudian meyebabkan Sulli memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. 

Secara global, bunuh diri merupakan salah satu penyebab utama kematian untuk remaja sampai usia 30 tahunan. Dari kejadian yang dialami Sulli tersebut, dapat disimpulkan kita tidak bisa mengaggap remeh gangguan mental. Salah satunya adalah gangguaan kecemasan atau Anxiety Disorder. Walaupun terkesan tidak penting karena hanya menyangkut rasa cemas, Anxiety Disorder yang tidak diatasi dapat pelan-pelan dapat memicu perasaan ingin bunuh diri pada penderitanya. Namun, untungnya pada era sekarang, masyarakat sudah lebih terbuka  tentang gangguan mental yang mereka derita sehingga dapat meminimalisir adanya kejadian yang lebih lanjut. 

Kemungkinan seseorang menderita gangguan kecemasaan tergantung dari beberapa faktor. Seperti faktor genetik dan faktor lingkungan atau traumatik. Pengalaman yang kurang baik di masa lalu dapat menyebaban seseorang menderita gangguan mental di masa mendatang. Oleh karena itu sering ditemukan remaja atau seseorang yang mengalami “broken home” atau bahkan pelecehan saat masih kecil memliki presentase kemungknan yang lebih besar akan mengidap gangguan  kecemasan di kemudian hari. 

Meskipun sudah banyak yang orang terbuka tentang masalah gangguan mental yang dialaminya tetapi, masih ditemukan juga beberapa orang yang lebih memilih menyembunyikan dan membiarkan rasa cemas itu tetap ada karena merasa malu dan takut dinggap memiliki gangguan jiwa. Padahal sebenarnya gangguan mental dan gangguan jiwa itu berbeda dan memiliki perbedaan yang signifkan. Masyarakat awam juga mengaggap gangguan mental adalah masalah sepele yang dapat sembuh jika dibiarkan. Akhirnya penderita gangguan mental terlebih Anxiety Disorder terus menyimpan masalahnya sendiri tanpa berbagi dengan orang di sekitarnya. 

Menurut saya, penderiita gangguan kecemasan seharusnya  dirangkul dan terus diberi semangat. Karena kebanyaan penderita ini adalah orang yang cukup pemalu atau juga pernah ditemukan penderitnya adalah seorang introvert. Maka orang disekitarnya sebisa mungkin untuk bertanya jika melihat penderita mulai merasa cemas. Hal ini akan membuat penderita gangguan kecemasan lebih merasa diperhatikan dan menganggap dirinya memiliki seseorang yang peduli terhadap dirinya. Semangat, motivasi, dan saran dari kita sangat berguna untuk mereka agar lebih berani dan dapat mengatasi gangguan yang ada pada di mereka. 

Sosialisasi tentang psikologi manusia serta pentingnya kesehatan mental untuk kita harus lebih ditingkatkan di lingkungan masyarakat. Karena seperti yang kita tahu, masyarakat di wilayah pedesaan masih kurang pengetahuan dan informasi tetang kesehatan mental. Jika tidak lewat sosialisasi, diharapkan dengan perkembangan zaman yang semakin maju masyarakat dapat mempelajari sendiri lewat internet. Agar penderita yang memiliki gangguan mental tidak merasa takut dan sendirian karna mereka juga memiiliki banyak orang yang peduli dan sayang terhadapnya. 

Gangguan kecemasan dapat diatasi dengan kepedulian pada hal-hal kecil yang kita lakukan terhadap penderitanya. Keikutsertaan kita dalam membantu penderita untuk berani dapat menjadi salah satu upaya mengatasi gangguan mental di Indonesia bahkan di dunia. Untuk itu kita harus mengurangi perasaan individualitas dan lebih meningkatkan rasa kepedulian sosial di masyarakat agar terciptanya kehidupan bermasyarakat yang damai dan harmonis serta memiliki kesehatan mental yang baik. Vira Zanuba Khofsyah