Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebersamaan Vs Egoisme

Bersama bukan hanya kehadirin fisik kita dalam segala hal yang akan kita lakukan dengan orang-orang di sekitar kita, bersama bukan hanya tentang segerombol orang dengan tujuan tertentu. Namun, bersama adalah ketika jiwa dan raga bisa merasakan kenyamanan serta ketentraman dari adanya kebersamaan antar individu.
Kebersamaan Vs Egoisme

Setiap jam, menit atau bahkan setiap detik pun akan terasa lebih indah apabila bisa kita lalui dengan orang-orang di sekitar kita, terutama orang-orang terkasih. Kebersamaan yang indah tentunya tidak akan serta merta terjadi tanpa adanya sesuatu yang kita usahakan dan lakukan.

Judul tersebut sengaja saya angkat dalam tulisan ini, karena sebagaimana realita yang pastinya sering kali terjadi pada tiap diri individu, bahwa adanya kebersamaan yang nampak tidak akan terlepas dari adanya sifap egois dalam diri individu.  dan situasi seperti ini lah yang sering pula saya hadapi dalam kehidupan. 

Ada banyak hal yang harus di pertaruhkan dalam hidup, dari berbagai macam faktor, baik itu kondisi, situasi, bahkan mempertaruhkan sesuatu untuk orang-orang disekitar kita. Kerena kita hidup sebagai makhluk sosial yang pastinya akan bergantung kepada orang lain. Maka dari itu, ada saatnya dimana diri kita dituntut untuk mempertaruhkan keinginan kita demi sebuah kebahagiaan serta senyuman orang-orang yang ada disekitar kita, dan demi menciptakan sebuah kebersamaan yang begitu berharga.

Dengan demikian, kebersamaan tanpa mengorbankan egoisme diri kita pribadi  akan merusak esensi dari kebersamaan itu sendiri atau bahkan kebersamaan itu akan sangat mustahil terjadi.

Selalu bersama dan merangkul kebersamaan dengan orarng-orang yang ada disekitar kita, pasti sangat kita dambakan dan harapkan dalam kehidupan ini. Mengubur dalam-dalam sifat egoisme yang selalu saja meronta meminta  untuk menjunjung diri sendiri, itu akan terasa sangat berharga. Karena yang harus dibabat adalah egoisme dan kebencian, dan  yang mesti dirajut ialah solidaritas dan kepedulian, itu lah salah satu kata-kata bijak wanita hebat saat ini yaitu, Najwa Shihab yang selalu saya ingat ketika sifat egois itu mulai menguasai diri saya

Dalam kebersamaan ada banyak hal yang dapat kita peroleh dan rasakan, kebersamaan tanpa egoisme dari tiap individu di dalamnya akan menciptakan sebuah tali persaudaraan, kesolidan serta kekompakan yang begitu kuat. 

Jika kita menganggap egois sebagai sifat memerdekakan diri kita sendiri, maka itu adalah prespektif yang sangat primitif. Kita tidak mampu memahami substansi dari sifat egoisme itu sendiri. Karena pada realitanya egois itu merupakan bentuk ketidakmampuan mencintai diri kita sendiri. Dan apabila  kita membiarkan sifat egois itu tumbuh dalam diri kita, maka sama saja kita tidak memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri. 

Sering kali individu mengorbankan segala hal demi kebahagian bersama, mempertaruhkan keinginannya demi sebuah senyuman dari orang-orang disekitarnya. Itu semua akan kita lakukan demi mendapatkan kebahagiaan serta kebersamaan.

Merajut kebersamaan bukan lah hal yang mudah, seperti membolak balikkan telapak tangan. Karena dalam kebersamaan ada sebuah usaha dari tiap individu yang begitu luar biasa. Melawan egoisme diri sendiri pun tidak mudah, harus ada kelapangan dalam hati, kesadaran bahwa egoisme bukan lah sifat yang bertahta dalam jiwa dan raga individu, akan tetapi menumbangkan sifat egoisme akan menjadikan diri kita bertahta dengan merasakan keindahan dari kebersamaan.

Di era millennial saat ini, kebersamaan mungkin sudah tidak menjadi sebuah peristiwa yang indah bagi mayoritas generasi muda. Mereka lebih mementingkan egoisme diri mereka masing-masing, menjunjung kemerdekaan diri mereka sendiri, serta bersikap bodoh akan apa yang terjadi disekitarnya.

Namun, semua itu tidak akan terjadi kepada kita, apabila kita bisa mempertahankan asas-asas kebersamaan dalam tujuan hidup kita. Bersama dan berketergantungan adalah hukum alam yang telah digariskan oleh sang Maha Pencipta kepada kita sebagai makhluk sosial. Sehingga kita sebagai ciptaannya harus bisa menciptakan kebersamaan serta ketergantungan itu menjadi sebuah hukum alam yang bermakna.

Menciptakan kebersamaan di tengah-tengah perbedaan, juga tidak semudah yang kita pikirkan, baik perbedaan itu dari  latar belakang individu ataupun karakter dari masing-masing individu itu sendiri. Maka dari itu, harus adanya sifat saling memahami antar individu serta toleransi, sehingga dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam sebuah kebersamaan yang bermakna.
Ketika kebersamaan itu tercipta dengan indah, maka kita harus bisa menjaganya dengan cara yang indah pula. Salah satunya adalah membuang jauh-jauh sifat egoisme dalam diri, karena sebagaimana judul dalam tulisan ini egoisme merupakan musuh dari kebersamaan. Sedangkan egoisme itu sendiri merupakan sifat yang pasti dimiliki oleh setiap individu yang memegang peran dalam terciptanya kebersamaan. Sehingga akan terjadi peratarungan kuat dalam diri individu itu sendiri. Bagaimana kita bisa mempertahankan kebersamaan yang tercipta dengan melawan dan mengesampingkan sifat egois kita yang mungkin saja selalu meronta dan menuntut untuk dipenuhi.
Oleh karena itu, dimana pun dan bersama siapa pun, kita harus bisa menjaga esensi dari kebersamaan itu sendiri, mengubur dalam-dalam sifat egois kita demi menciptakan kebersamaan yang indah dengan orang-orang disekitar kita, itu akan lebih bermakna dalam kehidupan yang fana ini. Nafisatul Aliya
x