Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Relevansi Pendidikan Paulo Freire dengan Konsep Merdeka Belajar

Pemikiran pendidikan menurut Paulo Freire berasal dari kondisi ketertindasan di Brazil pada masanya. Dalam kondisi itu, muncullah suatu kebudayaan yang dinamakan Freire “kebudayaan bisu” yang dilakukan oleh kaum penguasa untuk membodohkan rakyat dan sebagai sarana penindasan. Melihat kondisi ini, Freire bangkit dengan pemikirannya bahwa pendidikan harus memerdekakan manusia, bukan menindas. Pendidikan liberal menurut Freire adalah pendidikan yang dapat membentuk setiap individu agar mampu mengatasi kondisi sosialnya menjadi lebih baik. Pendidikan juga bukan  hanya sarana mentransfer pengetahuan melainkan harus diarahkan pada bagaimana individu tersebut dapat menjelaskan pengetahuan yang diperolehnya agar dapat digunakan di dalam kehidupan nyata. Pendidikan sejatinya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui dan memahami tentang apa yang telah diperoleh dari pelajaran (Freire: 2002).

Sehingga di dalam suasana belajar, sebaiknya pendidikan menciptakan suasana dialogis sehingga memberikan kebebasan kepada peserta didik yang nantinya akan menghasilkan individu yang kreatif. Konsep pembebasan Freire dalam kaitannya hubungan antara guru dan murid adalah berusaha melepaskan belenggu yang menjerat paradigma berfikir guru dan murid, untuk kemudian mereka dapat melepaskan keterkungkungan itu, lalu menjadi manusia yang mengerti akan arti kemanusiaannya. Freire menempatkan guru sebagai mitra murid dalam segi kemanusiaan dan demokrasi dan bahwa setiap murid pada dasarnya dapat berlaku aktif, mampu berbuat dan bertanggung jawab, serta mampu menjadi dirinya sendiri.

Konsep yang digunakan Freire sebagai ciri dari pendidikan yang membebaskan adalah: pertama, pendidikan sebagai proses transformasi budaya artinya dalam bertransformasi budaya, kegiatan pewarisan individu dialihkan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam proses itu perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab; kedua, membentuk pribadi manusia, artinya dalam pendidikan yang membebaskan berisikan laku-laku pemahaman, bukan pengalihan- pengalihan informasi.; ketiga, manusia berwarganegara.; keempat, bebas mengemukakan pendapat.; kelima, ciri dialogis yang selalu berpandangan bahwa setiap orang memiliki potensi yang perlu dikembangkan dengan tujuan untuk berubah baik pribadi maupun lingkungannya. (Sesfao, 2020)

Merdeka belajar menurut Mendikbud berangkat dari keinginan agar output Pendidikan menghasilkan kualitas yang lebih baik dan tidak lagi menghasilkan siswa yang hanya jago menghafal saja, namun juga memiliki kemampuan analisis yang tajam, penalaran serta pemahaman yang komprehensif dalam belajar untuk mengembangkan diri (Harian Birawa, 2020).

Merdeka Belajar merupakan proses pembelajaran secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Diperlukan belajar merdeka terlebih dahulu karena bisa jadi masih ada hal-hal yang membelenggu rasa kemerdekaan, rasa belum merdeka dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka. Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru dan siswa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tapi benar- benar inovasi Pendidikan. (Saleh, 2020)

Dari konsep Pendidikan menurut Paulo Freire dan konsep Belajar Merdeka yang dicanangkan Pak Nadiem Makarim, jelas ada persamaan dalam ciri-ciri mapun tujuannya. Hal tersebuut dapat dilihat bahwa Pendidikan menurut Paulo Freire menekankan bahwa siswa diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan dan atau keterampilan yang dia miliki. Begitupun dengan konsep belajar merdeka, siswa juga diberi kesempatan untuk mengeksplore diri tidak bergantung pada guru atau pendidik. Dari konsep Pendidikan Paulo Freire dan Belajar Merdeka dapat membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dan mandiri.