Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dimana Ibu Ku?

Ketika aku di lahirkan ke-dunia aku tak pernah tau siapa ibuku, mungkin ibuku malu mengakui anaknya yang retardasi mental ini. Perkenalkan namaku Ica aku adalah anak retardasi mental atau orang awam menyebut idiot, aku di asuh oleh nenekku. Ayah dan ibuku tak pernah memperdulikan keberadaanku, keadaanku dan  kondisiku saat ini.

Ketika aku kecil selalu ada tangan nenek yang setia membantuku memenuhi semua keinginanku, nenek yang tak pernah malu dengan segala kekuranganku, nenek yang selalu ada ketika aku bahagia ataupun susah, awalnya aku mengira nenekku ini adalah ibu, ibu yang seperti orang-orang ceritakan, ternyata dia bukan ibuku dia adalah nenekku nenek yang seperti malaikat tak bersayap bagiku.
Ibuku

Ketika usiaku sudah menginjak sekolah dasar nenekku memasukkan ke sekolah luar biasa ya aku mempunyai teman-teman yang sama sepertiku dan guru yang selalu mengajarkan ku arti kesabaran. Pada suatu hari ada lomba melukis untuk anak yang berkebutuhan khusus yang di selenggarakan salah satu perguruan tinggi aku mengalahkan puluhan siswa dan aku menjadi juaranya dengan segala kekuranganku. Aku pulang kerumah dengan bangga dan memberikan piala dan uang kepada nenek, nenek langsung memelukku.

Siang itu ketika aku pulang dari sekolah aku mendapat sebuah undangan acara pentas seni yang di hadiri beberapa wali murid,  betapa pilunya hatiku ketika anak-anak yang lain yang sepadan dan mempunyai kelemahan yang sama dengan ku mereka di sambut hangat oleh orang tuanya. Aku berjalan menyusuri jalan menuju kerumah ketika itu hati kecilku berkata. “Ya Allah dimana ibu dan ayahku”?., jagalah dia seperti engkau menjagaku saat ini”. Sesampainya dirumah nenek sudah menungguku di depan pintu rumah beliau dengan senyum bertanya kepadaku.

“ica, sudah pulang aku tadi disekolah belajar apa” (sambil mengelus rambutku) 
“sudah, taaaddiii iiiccaa bbelajar baahhhassaa inggrrris” (ketika itu air liur ku menetes sambil terpatah patah , lalu dibersihkan oleh nenek)
“ya sudah, sekarang ica ganti baju lalu makanya nenek sudah siapkan ayam goreng kesukaanmu”
Setelah selesai makan aku memberikan undangan pentas seni kepada nenek dengan sabar dan penuh kasih sayang nenek berkata “ica sayang ica jangan nangis ya, nenek pasti datang kok” nenek memelukku erat.

Bulan berganti tahun aku semakin dewasa tetapi tetap saja kondisiku seperti anak kecil, nenek pun menjadi sering sakit sakitan. Pagi itu aku berusaha mencari tau tentang ibuku dengan segala keterbatasanku, tak ada orang yang mau membantuku karena mereka jijik dengan kondisiku, dalam tangis ku berkata “ibu dimanakah engkau?,. engkau yang selalu aku rindukan saat ini”?., karena hari sudah terlalu sore aku tak mau membuat nenek kawatir akhirnya aku putuskan untuk pulang.

Malam itu ada seorang wanita dan laki-laki datang ke rumah mereka sangat akrab sekali dengan nenek, ketika itu nenek memanggilku “ca, kamu belum tidur?., coba keluar sebentar ada yang mau ketemu sama kamu.” Akhirnya aku putuskan untuk keluar kamar “iya nek sebentar” (sambil merapikan selimut). Nenek menyuruhku untuk duduk sambil berbincang-bincang dengan kedua orang itu nenek berkata “ ini lo anakmu yang kamu lahirkan 18 tahun silam, aku merawatnya dengan penuh kasih sayang, aku yang menggantikan posisimu untuk menjadi ibu dan ayahnya, kamu tidak tau bagaimana harus menanggung semuanya” (sambil menangis), aku hanya terdiam lalu kedua orang tua itu berkata “maafkan saya bu, saya dulu malu mempunyai anak seperti ica, saya diejek sama temen-temen saya, saya gak mau nama baik saya tercemar gara-gara ica jadi anak idiot, maafkan saya bu saya sudah menelantarkan  ibu dan ica” aku berkata “ibu, ibu tidak perlu minta maaf sama ica, ica sudah memaafkan ibu  dengan tulus ica juga gak pernah malu dengan kondisi ica yang seperti ini ica juga menganggap ibu sebagai orang tua ica “(air liurku menetes hingga membuat bajuku basah)”, akhirnya lambat laun kedua orang tuaku mau menerimaku dengan baik dan tinggal di rumah bersamanya, aku merindukan saat-saat seperti ini selama 18 tahun kita semua bahagia.

Suatu hari ibu mengeluhkan kepalanya sering pusing, tidak bisa fokus, lalu muntah-muntah. Setelah di periksa dokter ternyata ibu di foniskan kerotak stadium lanjut, betapa terkejutnya aku. Aku merawat ibuku dengan segala keterbatasanku, aku merasakan kasih sayang ibu juga begitu besar meski aku hanya bisa merasakan dalam sekejap mata tetapi setidaknya aku sudah merasakan bahwa ibu sudah berusaha berubah dan menyayangiku seperti anak-anak normal lainnya. Kondisi ibu kian memburuk, ibu makin taksadarkan diri dan koma aku dengan setia mendoakan agar beliau sadar dan bisa berkumpul lagi tetapi semua itu tak seperti yang aku bayangkan. Ibu meninggal dunia betapa terpukulnya aku, betapa pilunya hatiku baru sekian hari aku menemukan ibuku sekarang takdir berkata lain.

Aku mengantarkan ibu ke peristirahatan yang terakhirnya aku berusaha iklas dan tegar. Setiap tahun aku selalu mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dan berkata“ ibu terima kasih telah hadir di kehidupanku meski hanya sekejap, terima kasih atas segala kasih sayang yang engkau berikan selama ini, aku tidak pernah dendam kepadamu meski engkau malu dengan kondisiku , aku tetap menyayangimu. Ibuku I love you anymore, doaku selalu tertuju padamu, semoga engkau di terima di sisi ALLAH SWT, aku menyayangimu selamanya. Ica sayang ibu”.

By: Arizqa Yasirli Salik, Irine Ananta P.S, Novia Kartika Dewi