Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana METODE PEMBELAJARAN ALA RASULULLAH SAW?


Abstrak
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia, dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia mengajar tersebut.Sebaiknya guru tidak mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang monoton terus-menerus, karenaakan membuat hilangnya kinerja belajar siswa yang menjadi bosan dan malas belajar. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW telah mencontohkan beberapa metode pembelajaran yang baik. Sebelum mengajar, guru harus menjelaskan kepada murid tentang keutamaan ilmu dan mencari ilmu, sehingga membuat murid merasa membutuhkan ilmu.Kemudian menggabungkan antara pengajaran dan pendidikan, yangmana bukan hanya mengajar ilmu pengetahuan tetapi mendidik perilaku murid menjadi manusia yang mempunyai akhlak yang baik. 

Guru harusmemberi metode pembelajaran yang tepat,yakni metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, kemudian evaluasi. Guru juga harusmemberikan perhatian dan pujian kepada murid, agar murid merasa dihargai dalam peningkatan proses belajarnya. Selain itu, guru harusmengetahui potensi dan kemampuan nalar murid, agar dapat menilai seberapa jauh tingkat belajar murid. Kemudian menyampaikan materi yang menarik yang beragam agar murid tidak bosan atau jenuh. Memberikan sarana prasarana yang menunjang untuk proses belajar mengajar, agar murid dapat praktek secara langsung tentang ilmu yang didapatnya. Dengan menerapkan metode pembelajaran Rasulullah SAW tersebut, maka dunia pendidikan yang baik akan terwujud. Yangmana murid akan lebih aktif dalam kinerja belajarnya dan tidak akan jenuh dengan metode yang selalu sama digunakan guru, sehingga guru dapat melatih diri untuk bisa membimbing muridnya dengan banyak metode pembelajaran yang baik. Guru pun akan lebih mengenal muridnya lebih dekat, sehingga dapat menuntun mereka dengan ilmu yang baik dan sukses di masa depan.
Kata kunci: Metode Pembelajaran dan Rasulullah SAW

Pembelajaran Islami

PENDAHULUAN
Pada masa ini, para pemegang kebijakan pendidikan di dunia islam suka melirik teori-teori pendidikan barat. Seorang pengarang yang sukses dan seorang penulis yang hebat menghiasi makalahnya dengan referensi-referensi dari pakar barat. Tarbiyah (pendidikan) bagi mereka adalah sebuah ilmu yang baru muncul seiring perubahan zaman, yaitu zaman kebangkitan dan kemajuan ilmu.
Muhammad bukan manusia super, dia layaknya seperti kita yang manusia biasa. Misi dari Allah dijalankannya sesudah masa pembaiatan menjadi utusannya. Konsistensi Rasul untuk menyampaikan risalah ini menjadikan ajarannya kuat dan cepat menyebar. Metode yang digunakan menyesuaikan dengan konteksnya, antara lain : pertama, membangun konsep ke-diriannya sendiri, artinya Rasulullah mampu memosisikan diri sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab paling berat. Menanggung setiap beban sebelum umatnya merasakan, dan akan memakai fasilitas setelah semua umatnya mendapatkan. Kedua, Rasulullah SAW selalu berada di antara umatnya sebagai tempat menemukan solusi bagi persoalan mereka. Mengawal dan memberdayakan menjadi salah satu metode yang efektif untuk memastikan kemajuan umatnya.[1]

Lebih dari itu, apakah seorang muslim mengira akan mendapatkan seorang guru yang lebih tinggi, lebih utama, dan lebih mulia daripada Nabi Muhammad SAW? Apakah ada orang yang mengira bahwa ada air pendidikan dan pengajaran yang diambil dari selain telaganya atau sesuatu yang dibawa ke lahan pembangunan tanpa melalui pintu beliau?Alangkah pentingnya bagi kita untuk mencari petunjuknya dalam mengajar, meneladani sunnahnya. Adakah teori lain yang kita lirik? Adakah arah pendidikan lain yang kita tuju?

Membicarakan metode dan strategi pendidikan, Rasulullah SAW adalah imamnya. Bukti tak terbantahkan adalah hasil dari polesan pendidikan beliau. Sebuah generasi terbaik dalam sejarah manusia. Dengan melihat gambaran berbagai macam persoalan di atas, penulis melakukan kajian tentang metode pembelajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kinerja belajar siswa.

METODE PEMBELAJARAN RASULULLAH SAW
1.    Beliau membiasakan muridnya untuk mengetahui alasan dan titik pijakan hukum
Rasulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya Allah SWT membenci tiga perkara bagi kalian: banyak menyebar isu (katanya), membuang-buang harta dan banyak bertanya.”[2]
Jadi yang dimaksud adalah jangan hanya sekedar tahu tentang sesuatu hukum karena ‘katanya’ atau taqlid yang berlebihan tanpa mengetahui dasar adanya hukum tersebut. Di sinilah  peran guru dalam menjelaskan alasan-alasan terjadinya sesuatu hukum dengan pasti tanpa ada kata ‘katanya’. Sehingga murid bisa mulai belajar untuk memahami alasan ditetapkannya hukum tersebut.

2.    Beliau membiasakan kepada mereka metode dan etika bertanya
Rasulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya kaum muslimin yang terbesar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lalu ia diharamkan karena pertanyaannya.”[3]
Yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah rasul menganjurkan kita untuk bertanya tentang apa yang belum kita ketahui atau tentang sesuatu yang membuat kita ragu-ragu, agar kita dapat mengetahui jawaban atas ketidaktahuan tersebut, sehingga kita tidak bingung untuk mengatasi keraguan tersebut. Karena obat kebodohan adalah bertanya. Namun, ketika bertanya kita harus menggunakan etika yang benar, seperti tidak terlalu banyak bertanya merupakan salah satu perkara yang di benci Allah SWT.
Mustahil seorang pelajar tidak bertanya dan tidak membutuhkan pertanyaan. Dari sini dia mesti belajar kapan bertanya, tentang apa, siapa yang ditanya, dan bagaimana cara betanya. Seperti pepatah berikut, “ malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya lemah iman.”



3.    Beliau memberi jawaban atas pertanyaan mereka dengan kaidah umum
Ketika Rasulullah SAW ditanya, “ kami di tengah laut hanya membawa air sedikit. Jika kami gunakan untuk berwudhu, maka kami akan haus. Apakah kami berwudhu dengan air laut?” beliau tidak membatasi jawabannya hanya dengan ‘ya’. Tetapi beliau bersabda, “Laut itu suci airnya, halal bangkainya.”[4] Ini berarti air laut mempunyai hukum yang sama dengan air suci lainnya dan tidak hanya boleh digunakan untuk berwudhu dalam kondisi tersebut saja.
Rasul memberikan kaidah umum tentang sucinya air laut dan halalnya bangkai yang ada di laut, agar diketahui bahwa selain digunakan untuk berwudhu juga dapat memakan bangkai ikan di laut.[5]

4.    Beliau mendidik dengan manhaj talaqqi(metode penerimaan ilmu yang benar)
Berkenaan dengan pembahasan ilmu, kajian tentang manhaj talaqqi merupakan yang mutlak diperlukan bagi para da'i agar mereka tidak terjebak dalam kesalahan mengambil dalil dan menyimpulkan hukum. Urgensi kajian ini adalah untuk mengingatkan kepada kita agar tidak dengan mudah (menggampangkan) perkara-perkara hukum, baik berupa fikih ibadah, muamalah maupun akidah. Jadi, seorang guru harus memberi pengarahan kepada muridnya yang menyimpang dari kebenaran karena kesalahpahaman dalam mengartikan suatu hadis, sehingga murid tidak terjerumus dalam kesalahan yang kekal karena tidak adanya pembenaran.
Rasulullah SAW bersabda, “ Aku mewasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah SWT dan mendengar serta menaati, meski dipimpin oleh seorang budak hitam. Karena barang siapa di antara kalian yang berumur panjang, maka aku akan melihat banyak perbedaan. Rasyidin yang diberi petunjuk, peganglah ia kuat-kuat. Jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama). Karena setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”[6]

Sebagai guru yang baik, seharusnya menjelaskan hadis di atas dengan objektif, tidak terpaku pada kata-kata “ setiap bid’ahadalah kesesatan.” Tetapi juga menjelaskan tentang macam-macam bid’ahyang baik dan buruk, sehingga murid memahami bahwa tidak semua hal yang tidak ada pada zaman Rasulullah SAW disebut bid’ah yang buruk dan sesat. Dengan memberi contoh adanya teknologi canggih di zaman ini yang belum ada pada zaman Rasul, bukan berarti semua teknologi canggih tersebut adalah bid’ahsesat.

5.    Beliau membiasakan beristimbath (mengambil kesimpulan)
Ketidakpahaman seseorang dalam metode istidlaldan istimbath(Istidlal adalah mengambil ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW sebagai dalil atas keabsahan atau ketidakabsahan sebuah perbuatan mukallaf (baik di bidang akidah, ibadah muamalah dan akhlak). Sedangkan istimbath adalah usaha menyimpulkan hukum dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.) hukum akan berakibat fatal bagi orang yang mengamalkan ajaran islam. Contoh :
Sebuah dalil yang sebenarnya menurut disiplin ilmu yang benar merupakan dasar atas haramnya hukum sesuatu, namun kesalahan dalam memahami dalil tersebut (baik disebabkan cerobohnya seseorang maupun hawa nafsunya) akan mengubah hukum-hukum tadi menjadi halal. Demikian pula sebaliknya.Berikut ini di sampaikan secara singkat metode manhaj talaqqidan istidlal menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah:Allah berfirman dalam Kitab-Nya
$tBur`ÏB7p­/!#yŠÎûÇÚöF{$#Ÿwur9ŽÈµ¯»sÛ玍ÏÜtƒÏmøym$oYpg¿2HwÎ)íNtBé&Nä3ä9$sVøBr&4$¨B$uZôÛ§sùÎûÉ=»tGÅ3ø9$#`ÏB&äóÓx«4¢OèO4n<Î)öNÍkÍh5ušcrçŽ|³øtäÇÌÑÈ
Artinya : “ dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS Al-An’am : 38)
Yang di maksud Al-Kitab adalah Al-Qur'an. Dengan demikian maksudnya adalah bahwa tidak ada satupun perkara yang Allah tinggalkan, kecuali telah Allah tunjukkan di dalam Al Qur'an. Baik itu berupa dalil yang terperinci(sudah dijabarkan) maupun yang bersifat global dimana penjabarannya datang dari RasulullahSAWatau ijma', atau dari qiyas yang sesuai dengan nash kitab tersebut. (Durratu At-Tafasir, hal 132)[7]

6.    Beliau membiasakan berdialog atau muraja’ah (evaluasi)
Manhaj (metode) ini diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah r.a. dia tidak mendengar sesuatu yang belum dipahaminya, kecuali dia pasti mengkaji sehingga ia memahaminya, dan ketika Rasulullah SAW berkata, “ Barang siapa dihisab, maka dia di adzab.” Kemudian Aisyah berkata, “ Bukankah Allah SWT berfirman, ‘Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah’.” Rasul menjawab, “Itu adalah penyodoran amal. Akan tetapi barang siapa yang dipersulit hisabnya maka dia binasa.”
Kisah tersebut menerangkan bahwa berdialog dan muraja’ah bukanlah inisiatif pribadi dari Aisyah, melainkan salah satu kebiasaan yang dia pelajari dari Rasulullah SAW yakni dengan mengevaluasi hasil belajar Aisyah agar tidak lupa dengan apa yang ia pelajari dan mengingatkan sesuatu yang salah dari yang ia pelajari.

Tidak hanya metode-metode di atas yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya, namun terdapat beberapa penunjang yang dapat memaksimalkan terjadinya proses belajar mengajar ala Nabi Muhammad yang harusdipersiapkandandipraktekkanoleh guru sebagai berikut.
1.    Memicu dorongan belajarkepadasiswa
2.    Mendidik untuk memikul kewajiban tabligh (menyampaikan ilmu)
3.    Mendorong dan memberi pujiandan memberi perhatian terhadap murid
4.    Mengetahui potensi dan kemampuan nalar murid
5.    Menyampaikan materi dengan menarik dan beragam
6.    Menghubungkan pengajaran dengan fenomena riil
7.    Menggunakan saranadanprasarana penunjang
8.    Mengulangi ilmu dan hafalan

Dengan menerapkan metode pembelajaran Rasulullah SAW tersebut, maka dunia pendidikan yang baik akan terwujud. Sehingga guru dapat melatih diri untuk bisa membimbing muridnya dengan banyak metode pembelajaran yang baik. Guru pun akan lebih mengenal muridnya lebih dekat, sehingga dapat menuntun mereka dengan ilmu yang baik dan sukses di masa depan.
PENUTUP
Penulis tidak mengingkari adanya peran para ahli barat terhadap ilmu ini, dan tidak bersikap terlalu berlebihan dalam mengajak seorang muslim untuk menolak apa yang ada pada mereka. Namun, penulis mengajak seluruh umat untuk tidak mencampakkan sejarah dan tidak menutup mata karena menimbunnya debu di atas warisan sejarah umat yang benar.Rasulullah SAW adalah gurunya para guru. Allah SWT telah mendidiknya dan membaikkan didikannya. Dia telah mengajarinya dan membaikkan pengajarannya. Allah SWT telah menjadikan beliau panutan bagi kita semua. Kita berjalan atas petunjuk dan mengikuti perilakunya.
Peranan guru sangat penting demi tercapainya tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan, peranan guru dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai perencana, pelaksanaan dan sekaligus evaluator. Peranan lain yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, demonstrator, mediator dan supervisor. Oleh sebab itu, dari metode pembelajaran Nabi Muhammad SAW di atas, dapat menjadi petunjuk dan contoh bagi para guru dalam belajar mengajar yang baik, sehingga para murid dapat merasakan suasana belajar mengajar yang efisien dan tidak monoton.

DAFTAR RUJUKAN
Ad-Duweisy, Muhammad Abdullah. 2006. Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh. Surabaya: CV Mitra Mandiri Sejahtera.
Ghuroba Org, 2015.Mengenal tentang Manhaj Talaqqi wal Istidlal.http://www.ghuroba.org/2015/08/mengenal-tentang-manhaj-talaqqi-wal.html. diakses pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 19.10 WIB.
Ilahi,Wahyu, dkk. 2013. Komunikasi Dakwah.Surabaya: IAIN SA Press.
Muhammad  bin Isma’il Abu Abdullah al Bukhari, Shahih al Bukhari,(Saudi Arabia: Daar Thuwaiq an Najah, 1422 H),Vol 4, hlm 170 hadits no 3461.

By : Nurul Fuad (adfuad1998@gmail.com)





[1]Wahyu Ilahi, dkk, Komunikasi Dakwah, (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), hlm. 60.
[2]Diriwayatkan oleh Bukhari (1477), Muslim (1715).
[3]Diriwayatkan oleh Bukhari (7289), Muslim (2358).
[4] Diriwayatkan oleh Abu Dawud (83), Tirmidzi (69), Nasa’i (332), Ahmad (7192), Ibnu Majah (386), dinyatakan shahih oleh beberapa ulama’.
[5]Muhammad Abdullah Ad-Duweisy, Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh, (Surabaya: CV Mitra Mandiri Sejahtera, 2006), hlm. 28.
[6]Diriwayatkan oleh Ahmad (16694), Tirmidzi (2157), Abu Dawud (4607), Ibnu  Majah (42)
[7]Ghuroba Org, 2015, Mengenal tentang Manhaj Talaqqi wal Istidlal, http://www.ghuroba.org/, diakses pada tanggal 2 Mei 2019 pukul 19.10 WIB.