Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Penanganan Terhadap Siswa Yang Suka Membolos?


Dalam era persaingan global, SDM(sumber daya manusia) adalah mereka yang bisa menguasai suatu bidang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu bekerja secara professional, dan mampu menghasilkan karya yang bisa bersaing tingkat internasional. Pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, karena pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan atau potensi setiap individu sehingga bisa memiliki nilai-nilai moral dan social sebagai pedoman hidupnya. Untuk memperoleh pendidikan maka bisa belajar di sekolah sejak dini[1].
Penanganan Terhadap Siswa Yang Suka Membolos

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang formal yang bertanggung jawab untuk mendidik, membimbing, dan mengajar siswa. Sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu melalui banyak guru. Akan tetapi pada zaman sekarang banyak kenakalan dikalangan siswa sekolah dasar maupun sekolah menengah. Banyak anak yang terlibat dalam perilaku yang menyimpang dari norma seperti pencurian, perkelahian, perampokan, dan mogok sekolah atau disebut dengan membolos sekolah[2].
Membolos sudah menjadi masalah yang tidak asing dalam dunia pendidikan dan bahkan sering muncul mengiringi proses pembelajaran di dalam kelas. Perilaku membolos merupakan perilaku yang disebabkan karena kurangnya pengendalian sikap diri pada siswa.  Karakteristik siswa yang mampu mengendalikan diri dengan baik adalah siswa yang lebih aktif dalam mencari informasi untuk mengendalikan lingkungan, siswa juga lebih perspektif, memiliki kepedulian yang besar terhadap orang lain, bisa menunda kepuasan pada dirinya, lebih bersifat ulet, bisa hidup mandiri, dan tidak mudah emosi[3].
Ada tiga faktor yang memyebabkan siswa membolos, yaitu: faktor pribadi, faktor keluarga, dan faktor sekolah. Siswa yang membolos juga mempunyai beberapa gejala, antara lain: Setiap hari atau sering tidak masuk sekolah, tidak masuk sekolah tanpa izin, sering izin keluar pada jam pelajaran, tidak masuk kembali setelah izin keluar, mengajak teman-temannya keluar kelas pada saat pembelajaran tertentu, izin tidak masuk karena pura-pura sakit atau alasan yang lain, setelah jam istirahat tidak masuk kelas. Sedangkan dampak negatife dari perbuatan membolos adalah mengurangi minat belajar pada siswa, gagal ujian, dan dikeluarkan dari sekolah[4].
Siswa dikatakan bisa mengendalikan dirinya apabila siswa itu mempunyai strategi untuk mengatur dirinya dalam belajar. Siswa tersebut mampu mengatasi dirinya sendiri dari sifat malas, lelah, mengantuk, dan sebagainya yang mapu menganggu proses pembelajaran. Baumeister & Vohs mengatakan bahwa ada 4 pokok dalam pengendalian diri[5]:
1.      Standar, regulasi diri sehingga dibutuhkan kualitas yang jelas dan terdefinisi.
2.      Monitoring, untuk melakukan pengamatan
3.      Kekuatan self regulatory, kemauan
4.      Motivasi, untuk memenuhi standar atau mencapai tujuan
Guru harus mampu menjadi fasilitator, motivator, dan inspirator dari proses belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri siswa akan tergali. Keterlibatan jiwa seorang siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran akan memberikan motivasi kuat kepada mereka untuk belajar lebih jauh lagi. Dari sini siswa akan merasa berharga jika melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika seorang siswa mampu menjadikan gurunya sebagai teladan, maka siswa akan cenderung aktif dalam kegiatan belajar- mengajar dan tidak akan ada siswa yang membolos lagi. Dengan demikian, seorang guru harus mampu membangun motivasi yang ada dalam diri siswa[6].
Selain dengan memotivasi para siswanya, ada cara lain untuk mengurangi siswa yang suka membolos, yaitu dengan mengadakan konseling individu dengan pendekatan Behavioral. Behaviouristik menyatakan bahwa tingkah laku manusia dapat diubah atau dimanipulasi dengan cara mengontrol perangsang-perangsang yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Apter pendekatan behavioral adalah: mempelajari perilaku manusia dan prinsip-prinsip belajar, merubah perilaku yang tidak tepat melalui penggunaan prosedur penguatan, memprediksikan dan mengontrol tingkah laku jika seluruh karakteristik lingkungan yang berkaitan sudah diketahui. Keutamaan dari pendekatan behavioral dapat ditinjau dari empat hal, yaitu[7]:
1.  Proses pembelajaran. Belajar dengan perilaku baru dengan menggunakan prinsip- prinsip dan prosedur dalam belajar
2.  Teknik-teknik harus yang disesuaikan secara individu. Setiap individu mempunyai pengalaman yang unik, karena tidak ada standar teknik  yang bisa digunakan untuk semua anak
3.  Metodologi eksperimen. Inti dari pendekatan ini adalah metodologi eksperimen sehingga masing- masing aktifitas dapat diuji
4.  Metodologi ilmiah. Konseling harus dipertanggung jawabkan dengan penggunaan observasi sistematik, kuantifikasi data, dan prosedur yang baik sebagai metode untuk meningkatkan konseling.
Kesimpulannya adalah dengan mengetahui cara penangan diatas kita sebagai guru harus mampu mengetahui setiap gejala siswa yang membolos kemudian memotivasinya supaya minat belajar siswa tidak hilang atau bisa menggunakan konseling individu melalui pendekatan behavioral. Oleh sebab itu, untuk menjadi seorang guru yang professional maka membutuhkan banyak pengetahuan tentang bagaimana cara membuat siswa tidak bosan di dalam kelas, dan bagaimana cara menangani siswa suka membolos. Selain mempelajari tentang strategi dalam pembelajaran, seorang guru harus banyak mempelajari tentang psikologi anak, karena peran guru bukan hanya sebagai fasilitator saja melainkan juga sebagai motivator yang akan selalu menjadi teladan bagi setiap siswa di dalam sekolah ataupun di luar sekolah.
By: Nurul Azmi Maghfirotus Sa’diyah


[1] Farisa Danistya, Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku Membolos, dalam Educational Psychology Journal, Vol. 1 No.1, 2013, hlm. 2.
[2] Anggi Indayani, dkk, Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Penguatan Positif Sebagai Upaya Untuk Meminimalisasi Perilaku Membolos Pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan, dalam e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling, Vol. 2 No. 1, 2014, hlm. 2.
[3] Anis Rahmawati, Hubungan Antara Pengendalian Diri Dengan Perilaku Membolos Pada Siswa, dalam naskah skripsinya, 2013, hlm. 1-2.
[4] Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan Pendekatan Behavior Dengan Teknik Self Management Pada Siswa Kelas X SMK Bina Nusantara Unggaran, dalam skripsinya, 2013, hlm. 14-16.
[5] Marta Suhendra, dkk, Kontribusi Motivasi Terhadap Regulasi Diri Siswa Membolos di Madrasah Aliyah Negeri 2 Payakumbuh Serta Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling, dalam jurnal Konselor, Vol. 5 No. 2, 2016, hlm. 125.
[6] Suyanto, dkk, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 99-100.
[7] Nova Erlina, dkk, Penggunaan Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII Mts Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan Pucung Kabupaten Tanggamus, dalam jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol. 3 No.1, 2016, hlm. 21.