Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BAGAIMANA PERAN GURU TERHADAP PESERTA DIDIK YANG SUKA MEMBUAT KERIBUTAN DI KELAS?

Permasalahan pelajaran yang dialami oleh pengajar di MI Darul Ulum Rejomulyo sangat beragam. Demi tercapainya kegiatan belajar mengajar yang berkualitas dibutuhkan beberapa cara untuk mengatasi faktor penghambat kegiatan belajar mengajar. Perilaku siswa memang terkadang membuat susah para guru yang mengajarnya. Berbagai macam bentuk perilaku yang mendukung kegiatan belajar mengajar ataupun yang sangat menghambat pembelajaran. Disinilah peran dan fungsi guru dipertanyakan, bagaimana para guru mengatasi berbagai macam perilaku siswa yang masuk dalam kategori menghambat kegiatan belajar mengajar. Misalnya seperti susah diatur, sering membuat keributan, dan tidak bisa diam saat berada dikelas. Mereka yang memiliki perilaku seperti ini biasanya memiliki masalah atau gangguan dalam mengontrol emosi yang ada pada diri mereka. Siswa yang memiliki perilaku hiperaktif biasanya susah untuk fokus dalam suatu hal, karena mereka tidak bisa membedakan gerakan-gerakan penting dan gerakan yang tidak penting.

PERAN GURU TERHADAP PESERTA DIDIK YANG SUKA MEMBUAT KERIBUTAN DI KELAS


Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Untuk itu menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasanaan senang dan puas(Kryati, Pd, & Ed, 2017). Seorang guru dituntut untuk menciptakan ruang belajar yang kondusif dan dapat menunjang kegiatan belajar di sekolah. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan faktor yang menghambat kegiatan belajar mengajar harus diatasi secepat mungkin agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbebeda-beda. Hal itu juga mempengaruhi segala perilaku peserta didik saat dikelas. Misal anak didik yang sering membuat ribut dengan temannya dikelas  bisa jadi dia bermaksud untuk mencari atau mendapat perhatian lebih dari sekitarnya. Biasanya perilaku tersebut terjadi karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap sang anak, jadi anak tersebut berfikir bahwa dengan berbuat seperti itu dapat membuat lingkungan sekitar lebih peduli dan memberikan perhatian kepada anak didik tersebut. Atau bisa juga anak tersebut memang suka usil dan hiperaktif sedari kecil. Dan mungkin juga karena peserta didik merasa bosan dengan materi pembelajaran yang berlangsung. Tetapi biasanya mereka hanya sekedar usil karena ingin mencari perhatian para guru dan teman-teman sekelasnya. Maka, hal tersebut merupakan tantangan bagi pendidik khususnya guru untuk memberikan layanan bimbingan yang tepat dan sesuai untuk peserta didik yang tujuannya adalah agar kegiatan belajar dapat diikuti dengan nyaman dan senang bagi peserta didik(Kelompok, 2019).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan oleh pengajar kepada peserta didik yang seperti ini. Misal dengan cara metode ceramah kepada sang anak didik, tetapi dalam keadaan yang sepi atau hanya berdua. Yaitu dengan cara dinasehati secara pelan-pelan dan peserta didik diperbolehkan untuk menceritakan keluh kesah yang dirasakannnya. Sehingga dengan pelan-pelan guru akan memahami apa yang menjadi masalah dari peserta didik tersebut. Cara selanjutnya yaitu dengan cara bimbingan konseling secara kelompok, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi misalnya. Dan juga menuntut kepada peserta didik untuk dapat berfikir kritis. Pada layanan konseling kelompok ketiga membahas topik masalah suka mengejek teman. Siswa mengemukakan bahwa mengejek teman awalnya dilakukan karena iseng, namun ada beberapa siswa yang kurang senang dengan perilaku tersebut sehingga menimbulkan perkelahian(Kelompok, 2019). Setelah melakukan metode tersebut guru dapat mengetahui seperti apa keputusan untuk langkah selanjutnya. Selain itu juga terdapat berbagai metode lain seperti metode pendekatan partisipatif, tanya jawab dan beberapa metode lainnya.

Jika faktor yang mempengaruhi siswa adalah karena bosan saat kegiatan pembelajaran berlangsung maka salah satu solusinya yaitu guru harus mengubah cara penyampaian atau strategi dalam pembelajaran. Bisa jadi peserta didik tersebut ingin mengekspresikan pendapatnya, akan tetapi situasi dan kondisi di kelas tidak mendukung untuk melakukan hal tersebut. Guru dapat melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, dalam hal ini guru bersifat sebagai pembimbing dan panduan bagi peserta didik. Metode ini bertujuan untuk memberi rasa tanggung jawab kepada para peserta didik. Setelah itu guru bisa mengembangkan sistem evaluasi belajar dan mengajar yang menekankan terhadap evaluasi diri sendiri. Disini guru bersifat fasilitator yang mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka bisa memperoleh kemajuan yang baik dan dengan terciptanya kondisi kelas yang kondusif dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan efektif.

Oleh karena itu, Guru harus mampu membaca suasana hati siswa ketika mengajar, kemudian menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan suasana hati siswa. Ini penting, agar proses pembelajaran berlangsung mulus.Idealnya, guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati setiap siswa di kelas. Namun ini agaknya tidak mungkin. Oleh karena itu cukuplah jika guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati sebagian besar siswa di kelas. Apabila sudah ditemukan penyebab tidak menariknya pelajaran bagi siswa (kalah menarik dibandingkan dengan situasi di luar kelas), maka segera temukan solusinya, dan terapkan dalam pembelajaran. Anda akan menemukan bahwa sebenarnya tidak sulit mengelola situasi di kelas agar fokus pada pembelajaran ketika kita memang sudah mencintai pekerjaan kita, mencintai murid-murid kita, dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan dan keberhasilan murid-murid kita.

Jadi dapat disimpulkan dari berbagai aspek pendidikan dan pengajaran seperti guru dengan keterampilan dan kemampuannya, peserta didik dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi dan bahan ajar serta pokok bahasannya bertemu, berproses dan berinteraksi di dalam kelas. Hasil yang diharapkan dari proses interaksi ini adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terlepas dari kurikulum apa yang digunakan(Kryati et al., 2017). Maka dari itu peran dan fungsi guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di ruang kelas maupun di luar kelas. Dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan mengharuskan guru untuk menerapkan metode yang cocok dan sesuai dengan berbagai pertimbangan yang telah ditentukan.

Kelompok, B. (2019). Mengatasi Kenakalan Peserta Didik melalui Bimbingan Kelompok di SMK Negeri 1 Bireun. 7(4), 391–398.
Kryati, L., Pd, S., & Ed, M. (2017). Lies Kryati, S. Pd, M. Ed. 11, 25–37.

By: Anggun Muslikhah