Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BAHASA INDONESIA, BUKAN BAHASA GAUL


BAHASA INDONESIA, BUKAN BAHASA GAUL


Anak usia dini adalah usia dimana masa pembentukan karakter dan kepribadian ditentukan bagi seorang anak. Pada usia ini juga merupakan masa yang paling penting untuk perkembangan dari pengetahuannya atau yang biasa kita sebut dengan golden age. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bahwa, “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembelajaran yang diberikan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan usia lanjut.”

Kemudian menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, menyatakan “struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan prilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan.” Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilai-nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional”. Sehingga seharusnya dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PAUD adalah dengan melalui kegiatan bermain.

Anak usia dini memerlukan orang lain untuk membantu mengungkapkan isi hati atau perasaan mereka. Dengan menggunakan bahasa khususnya bahasa Indonesia anak usia dini dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar kelak saat mereka dewasa. Anak usia dini juga bisa menyalurkan perasaan dan pendapat mereka melalui bahasa Indonesia atau juga disebut dengan bahasa ibu.

Pembelajaran bahasa Indonesia pada anak usia dini sangatlah penting. Karena dengan mengajarkan bahasa Indonesia pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan kemampuan anak yang lain. Bahasa Indonesia mengajarkan bagaimana cara berbahasa dan bertutur kata yang baik dan benar. Selain itu, juga dapat menumbuhkan rasa kesopan-santunan. Oleh karena itu, di era globalisasi ini dan ditambah pula dengan maraknya “bahasa gaul” dikalangan masyarakat, bahasa Indonesia harus tetap terjaga agar tidak memudar seiring dengan perkembangan zaman.

Lalu,bagaimana cara agar bahasa Indonesia tidak memudar dan tidak tergantikan oleh bahasa gaul? Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting. Orang tua lah yang menentukan kemampuan berbahasa anak, tentunya selain melalui pendidikan sekolah dasar atau pendidikan anak usia dini.

Bila kata-kata gaul di atas terus didengar oleh setiap anak, maka tingkat pelestarian bahasa indonesia yang baik dan benar akan semakin menurun. Terlebih lagi di kalangan remaja sudah jarang ditemukan anak-anak yang melestarikan bahasa indonesia yang tepat, mereka lebih tertarik menggunakan bahasa yang di bilang gaul bila kita menggunkannya. Namun tidak sedikit pula remaja yang dapat memilih bahasa yang benar dan sadar akan kecintaan terhadap bahasa kebangsaan kita. Namun, hal ini tidak berlaku untuk anak usia dini, mengapa begitu? Karena diusia inilah penanaman pengetahuan pertama tentang berbahasa yang baik mulai terbentuk, dan pengetahuan pertama yang di dapat anak tidak mudah untuk dhilangkan bahkan akan melekat hingga dia dewasa. Pembelajaran pertama yang di dapatkan oleh anak usia dini akan terus di ingat dalam memory nya. Itulah mengapa masa kanak kanak di sebut sebagai usia emas(golden age). Tidak jarang kita menemukan anak-anak yang menggunakan panggilan yang tidak sesuai dengan panggilan yang benar dalam berbicara, contohnya panggilan coy, bro, mamen, dan kata panggilan lainnya. Panggilan tersebut bukan hanya ia gunakan terhadap teman sebaya tapi terkadang juga kepada orang yang lebih tua.

Ada banyak sekali pengaruh negatif dari bahasa gaul untuk anak usia dini, yang pertama anak akan terbiasa menggunakan bahasa gaul dan tak acuh terhadap bahasa Indonesia, minat anak terhadap bahasa indonesia akan berkurang dan ingatan anak berfokus pada bahasa gaul. Semua pengaruh tersebut akan mengurangi rasa cinta anak terhadap bahasa indonesia. Bila contoh bahasa yang mereka dapatkan diwaktu kecil bukan bahasa yang baik dan benar maka bahasa itulah yang akan terus digunakkan hingga mereka dewasa, karena memori anak usia dini terhadap suatu pengetahuan itu berlaku dalam jangka panjang.

Apabila bahasa tersebut terus di gunakannya teruatama dalam keseharian maka bahasa itu akan kekal dan sangat sulit untuk diubah. Anak usia dini tidak mengerti mana kata yang pantas ia gunakan dan mana kata yang tidak boleh ia gunakan. Mereka tidak memahami akibat dari kata yang mereka gunakan sembarangan. Akibatnya banyak orang-orang dewasa yang tidak menyukainya bahkan tidak menutup kemungkinan ia akan dianggap anak kecil yang tidak tahu sopan santun dalam berbicara di kalangan masyarakat. Namun, kita tidak dapat memarahi mereka karena mereka tidak akan begtu bila tidak terbiasa mendengar kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik.

Anak usia dini merupakan anak dalam masa pertumbuhan. Mereka mudah sekali mendapatkan pengaruh dari luar termasuk dari orang tua mereka sendiri. Para orang tua harusnya lebih teliti dan memperhatikan secara detail penggunan  bahasa yang dipakai sehari hari oleh anak. Seringkali para orang tua beranggapan, bahwa bahasa anak itu sebatas cukup dimengerti dan sesuai dengan bahasa sehari-hari. Mereka membiarkan perkembangan keterampilan berbahasa anak secara alakadarnya dan tidak pernah mengajari mereka bagaimana berbahasa yang baik dan benar. Padahal pada periode masa kanak-kanak, mengajari anak berbahasa sesuai kaidah merupakan pintu gerbang bagi anak untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan.

Memang bukan suatu hal yang mudah bagi para orangtua khususnya, tetapi banyak sekali cara dan jalan yang bisa ditempuh agar anak mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Diantaranya adalah mengajarkan anak menggunakan bahasa Indonesia sejak dini. Dalam segala hal apapun diusahakan agar selalu menggunakan bahasa Indonesia. Misalnya saat orang tua atau kita berbicara di depan anak, kita usahakan untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena sejatinya anak itu mendengar apa yang kita ucapkan, sehingga juga mempengaruhi pemikiran anak tersebut mengenai apa yang ia dengar. Dr. Penfield menjelaskan, bahwa selama tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, otaknya membentuk “unit-unit bahasa” yang mencatat segala seuatu yang didengarnya. Unit-unit ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf yang lain yang mengatur kegiatan motorik, berpikir dan fungsi intelek lainnya.

Selain itu, kita juga dapat melatih anak saat ia dalam masa mengucap satu kata atau dua patah kata. Misalnya kita mengajarkan anak agar mengatakan kata “Tidak” bukan enggak. Contoh lain yaitu dengan melatih anak agar mengatakan “Sudah” bukan udah.  Para orang tua juga bisa. Membacakan dongeng atau cerita pada anak. Membacakan cerita untuk anak, selain menambah pengetahuan juga membiasakan anak untuk mendengarkan pengucapan kosakata yang baik dan benar. Kosakata ini akan tersimpan dengan baik dalam kortex-kortex otak anak. Dan kelak akan memudahkannya mempelajari materi-materi peajaran di sekolah.

Selain hal diatas peran orang tua untuk mengajarkan bahasa pada anak adalah dengan menjauhkan anak dari tontonan yang bersifat tidak mendidik. Tontonan di televisi yang kerap mengumbar kata-kata yang kasar, tidak sopan dan jauh dari konsep berbahasa yang baik, bisa menimbulkan kekacauan pada anak. Mereka cenderung mengucapkan kata-kata yang sering mereka dengar, terkadang tanpa mengetahui maksud dan tujuannya.

Lingkungan di sekitar anak juga perlu diperhatikan. Apalagi bagi masyarakat yang berada di perkotaan, perkembangan bahasa pada anak mudah sekali untuk dipengaruhi. Baik dari teman bermain atau para tetangga dan juga para kerabat masing masing. Hal ini perlu diwaspadai oleh para orang tua, agar anak tumbuh dan berkembang dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sendiri, bukan dengan bahasa gaul apalagi bahasa asing.

Daftar Pustaka
https://kuliahpaudub.wordpress.com/2017/06/06/pentingkah-pembelajaran-bahasa-bilingual-untuk-anak-usia-dini-di-indonesia/ 
https://id.theasianparent.com/pentingnya-keterampilan-berbahasa-bagi-anak 

By: MANISA PUTRI