Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Periodesasi Sastra Indonesia

Persoalan peta sastra Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan sejarah, baik sejarah bangsa maupun sejarah sastra Indonesia. Perkembangan sejarah tersebut, diikuti oleh perkembangan sastra Indonesia sehingga pada tahun 20-an banyak karya sastra yang lahir, terutama berbentuk roman. Begitupun halnya pada perkembangan selanjutnya, warna sastra dapat dicirikan dengan sejarah bangsa kita. Bahkan pada perkembangannya, keberadaan sastra sangat dipengaruhi oleh politik. Terjadinya krisis sastra pada tahun 50-an dan 60-an memiliki ciri  dengan krisis yang terjadi pada masa itu. Begitu halnya pada perkembangan sastra di era reformasi.(Lama et al., 2000)
Periodesasi sastra indonesia


Para ahli kesastraan umumnya sepakat bahwa tidak mudah untuk merumuskan definisi sastra secara universal. Hal ini terkait dengan latar belakang budaya antara negara yang satu dengan negara lain berbeda. Definisi sastra sangat bergantung pada lingkungan kebudayaan tertentu. sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Jadi, Sastra merupakan luapan emosi yang spontan.(Suryaman, Wiyatmi, Nurhadi, & liliani else, n.d.)

Secara urutan waktu sastra Indonesia terbagi menjadi beberapa angkatan, diantaranya : 
1) Angkatan Pujangga Lama 
2) Angkatan Sastra Melayu Lama 
3) Angkatan Balai Pustaka 
4) Angkatan Pujangga Baru 
5) Angkatan 1945 
6) Angkatan 1950 – 1960-an 
7) Angkatan 1966 – 1970-an 
8) Angkatan 1980 – 1990-an 
9) Angkatan Reformasi 
10) Angkatan 2000-an

Karya sastra melayu 
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat IndoEropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. ada sekitar 3000 lebih judul karya sastra Melayu-Lama.

1. Angkatan balai pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit pada tahun 1920, dan dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

2. Pujangga baru 
Munculnya pujangga baru merupakan sastra intelektual, nasionalistik, dan elitis. Pada masa tersebut, terbit juga majalah pujangga baru yang diketuai oleh Sultan Takdir Alisjabana dan juga Amir Hamzah beserta Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman balai pustaka pada tahun 1930 – 1942 kaeyanya cukup berkemang menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus Sastra Indonesia.

Didalam masa ini ada dua kelompok sastrawan pujangga baru diantaranya: kelompok  “seni untuk seni” yang dipelopori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang diketuai oleh Sultan Takdir Alisjahbana dan Armiju Pane beserta Rustam Effendi. 

3. Angkatan 1945
Dalam karya sastrawan Angkatan 1945 ini banyak yang ikut serta atau ikut mewarnai baik pengalaman hudup dan gejolak-gejolak social politiknya maupun budaya.karya sastra angkatan 1945 ini lebih idealistik dibandingkan degan angkatan Pujangga Baru yang romantik dan realistic. karya sastra pada angkatan 1945 ini lebih banyak ennceritakan tentang perjuangan merebut kemerekaan seperti contoh puisi-puisi yang diciptakan oleh Khoirul Anwar. Karena angkatan 1945 ini memiliki konsep seni yang menyatakan bahwa para sastrawan angkatan 1945 ini ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati yang nurani.

4. Angkatan 1950 -1960-an.
Angkatan ini muncul ditandai dengan adanya terbitan majalah dari majalah sastra Kisah AsuhanH.B.Jassin. angkatan ini memiliki ciri yang berdominan dengan cerita pendek dan kumpulan beberapa puisi. Majalah ini hanya bertahan sampai tahun 1956 saja. Tetapi setelah itu diteruskan dengan majalah sastra lainnya. 

Pada angkatan ini juga muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang ikut serta gabung didalam lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra)tetapi konsep yang dipakai adalah konsep Reaisme-Sosialis. Tetapai didalam angaktan ini juga timbullah perpecahan yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia yang terjadi pada awa tahun 1960-an. Yang menyebabkan berhentinya peerkembangan sastra yang masuk kedalam politik praktis, dan setelah itu berakhir pada tahu  1965 dengan pecahnya G30S  di Indonesia.

5. Angkatan 1966 – 1970-an
Angkatan ini muncul di karenakan terdapat munculnya majalah sastra yang diterbitkan oleh Horison, pimpinan dari Mochtar Lubis. Semangat yang tinggi sangat menonjol pada angkatan 1966 – 1970an ini. Dikarenakan karya sastra pada angkatan ini sangat beragam dalam aliran sastra, seperti munculnya, karya sastra yang beraliran surealistik, arus kesadaran, arus arketip dan juga arus absurd. karya sastra pada angkatan ini yang banyak membantu untuk menerbitkan karya-karya sastra adalah Penerbit Pustaka Jaya. Motinggo Busye, Purnawan Djondronegoro, Djamil Suherman, dan juga kawan-kawannya termasuk sastrawan pada angkatan 1950-an juga termasuk pada angkatan ini.

6. Angkatan 1980 – 1990-an.
Karya sastra di Indonesia pada angkatan tahun ini munculnya ditandai dengan adanya roman percintaan dengan satrawan wanitayang sangat mencolok pada masa tersebut yaitu Marga T.  Karya Satra Indonesia pada masa ini sagat tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum lainnya. 

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan pada tahun 1980-an ini diantaranya yaitu: Reny Sylado, Yudistira Ardi Nugraha, Noorca Mahendra, Piepit Senja, dan masih banyak sastrawan lainnya. Mereka adalah sastrawa wanita Indonesia lain yang sangat menonjol pada tahun 1980-an dengan banyak karya diantaranya seperti :
Pada Sebuah Kapal.
La Barka.
Pertemuan Dua Hati dan Hati yang Damai.

Salah satu ciri has yang menonjol daribeberapa novel yang ditulis diatas adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, karena dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.(Febrianto et al., n.d.) Karya-karya pada era 1980-an ini biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Tetapi juga tidak ada yang boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga muncul sastra yang  beraliran pop, karena ada terbitnya sejumlah novel yang sangat populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan Serial Lupusnya. Dengan munculnya sastra yang beraliran pop inilah diyakini muncul generasi yang gear baca dan kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Diantaranya muncul nama-nama terkenal dari komunitas wanita sastra Indonesia yang di ketuai oleh Titie Said, antara lain yaitu: La Rose, Lastri Fardani, Diah Hadaning, dan Oka Rusmini.

7. Angkatan reformasi 
Munculnya angkatan ini dikarenakan dengan adanya karya-karya sastra, puisi cerpen dan novel, yang bertema social politik khususnya diseputar reformasi. Sastrawan angkatan reformasi ini merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990an dan seiring dengan jatuhnya orde baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 ini banyak melatar belakangi tentang kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel. 

8. Angkatan 2000-an
Sastrawan angkatan 2000-an ini muncul setelah wacana tenntang lahirnya sastrawan angkatan reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan, dikarenakan tidak memiliki juru bicara, yaitu Korri Layyun Rampan pada tahun 2002 yang melepar wacana tentang lahirnya “ sastrawan angkatan 2000”. Sebuah buku tebal angkatan 2000 yang disusun dan diterbitkan oleh  Gramedia, Jakarta pada tahun 2002.(Muhri, 2016)