Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Esensi Kerjasama dalam Perspektif Komunikasi

Komunikasi bagi manusia tidak hanya mendalami makna dari segi kata-kata atau pembicaraan saja, namun juga mengarah kepada suatu tindakan. Keadaan ini kiranya amat penting dalam keberlangsungan suatu proses komunikasi. Bahkan asumsi ontologis komunikasi mengenai makna esensialnya, secara etimologi komunikasi berasal dari kata communis (communico) yang berarti berbagi atau membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Esensi Kerjasama dalam Perspektif Komunikasi

Dari membangun kebersamaan itulah terciptanya keberlangsungan komunikasi yang ideal. Makna ideal dalam hal ini mengarah pada suatu kerjasama yang terjalin serta semangat di dalamnya. Orang-orang yang berkumpul dan membentuk suatu kerjasama bagaikan sebuah tubuh. Jika salah satu organ tidak berfungsi, maka ruh dari tubuh tersebut juga lemah.

Kemauan dan semangat saat melakukan kerjasama perlu ditanamkan. Dari sini pondasi akan terbangun. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan: (1) hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan; (2) berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan; plus (4) pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.

Dalam mengadakan suatu kerjasama harus memiliki prinsip yang kuat. Hubungan yang efektif perlu diusahakan agar dapat menciptakan suatu kerjasama yang efisien sehingga semua pekerjaan dapat terselesaikan. Patutnya disadari bahwa tujuan awal dibentuknya suatu kerjasama agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat.

Inti dari tugas dalam menyelenggarakan kerjasama adalah membuat sebuah acara berhasil serta dapat mencapai tujuan yang telah dibentuk bersama. Suatu kerjasama dapat dibilang berhasil apabila seluruh anggotanya kompak dan bertanggung jawab serta mau bekerja dengan tugas yang telah diembankan dan tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Penelitian kali ini mengangkat mengenai esensi kerjasama dalam perspektif komunikasi. Kerjasama yang dilakukan dalam ruang lingkup mahasiswa, contohnya saja seminar. Hal ini didasari pada banyaknya mahasiswa yang terlibat di acara seminar, baik itu sebagai panitia yang bertugas maupun audiens. Karena dari acara tersebut, mereka banyak mendapat ilmu yang bermanfaat.

Dalam seminar, mahasiswa dapat menggali ilmu yang kebanyakan tidak diajarkan di bangku kuliah. Ada nilai plus ketika seminar tersebut diadakan secara gratis. Namun, esensi keilmuan akan hilang saat mahasiswa hanya mengincar sertifikat dan tidak memperdulikan ilmu yang akan didapat. Beberapa universitas menerapkan penilaian skek pada mahasiswanya yang akan melalui ujian akhir. Hal ini dirasa perlu untuk penilaian seberapa aktif mahasiswa dalam mengikuti kegiatan positif diluar bangku kuliah. Oleh sebab itu, diperlukan kiat-kiat agar acara seperti seminar dapat terlihat menarik dan berkesan. Sehingga yang awalnya mahasiswa hanya ingin mendapat sertifikat, mereka akan mengikuti acara tersebut dengan seksama.

Seminar, yakni sebuah acara yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Seminar pada umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran akademis, baik di sebuah universitas maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau profesional. Kata seminar berasal dari kata Latin seminarum, yang berarti “tanah tempat menanam benih”. Ketika akan menanam benih dalam sebidang tanah, tentunya ada aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah penggarap, tanpanya proses tanam menanam tidak akan terjadi. Selain itu dibutuhkan unsur hara seperti air, pupuk, dan cahaya matahari yang berguna dalam proses fotosintesis. Selanjutnya sebagai pelengkap dibutuhkan cacing agar tanah tetap gembur. Beberapa unsur tadi akan membuat benih tadi tumbuh menjadi tanaman yang sehat. Penggarap dapat diartikan sebagai anggota yang jika tanpanya, pekerjaan tidak mungkin terealisasikan. Mereka bertugas sebagai orang yang bertanggung jawab penuh saat berlangsungnya acara. Terlibat dalam suatu kerjasama bukan tentang persoalan aku atau kamu, namun penerapan kesatuan yang perlu diperhatikan. Rasa keakuan beserta sekat-sekat harus dibuang. Konsep motivasi antar anggota pun perlu ditanamkan. Dalam suatu kerjasama, peran komunikasi organisasi perlu untuk dipahami, termasuk strategi komunikatif. Mempelajari strategi komunikatif dapat dijadikan patokan dalam hal menghindari stres maupun konflik.

Selanjutnya unsur hara yang berguna dalam proses fotosintesis adalah mengenai tingkat kerjasama yang terjalin. Seperti halnya unsur hara, jika diberikan terlalu sedikit, maka tanaman tidak akan tumbuh secara optimal. Jika diberikan terlalu banyak, maka juga tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, pemberian unsur hara diberikan secukupnya agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Begitu juga kerjasama, perlu terjalin secara baik dan intensif agar hasilnya nanti juga akan optimal. Kemudian cacing. Meskipun cacing sebagai pelengkap, namun tanpanya tanah akan padat sehingga akan kekurangan udara. Hewan tersebut hanya akan mendiami tanah yang baik. Semakin banyak cacing menunjukkan bahwa semakin baik tanah yang akan ditanami. Seperti halnya dalam kerjasama, pengertian antar anggota adalah cacing.

Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa “dukungan sosial” dalam bentuk hubungan interpersonal di tempat kerja merupakan pengaruh yang kuat dalam pengurangan stres (Albrecht et al., 1982). Ini mungkin disebabkan karena anggota-anggota organisasi memahami stres yang halus disuatu tempat kerja tertentu dan memberikan cara-cara untuk mengurangi stres dalam konteks interpretatif yang sama. Meskipun demikian, dukungan sosial di tempat kerja mungkin riskan karena hal itu membutuhkan kolega-kolega untuk mempercayai satu sama lain dalam situasi dimana mereka paling rentan. Ini membutuhkan kemampuan untuk meramalkan secara tepat sejauh mana orang lain akan merespons dengan komunikasi yang suportif. Ainur Rofik