Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Budaya Unik Santri


Istilah kata santri memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum, santri secara bahasa berasal dari bahasa sansekerta yaitu shastri yang memiliki arti kitab suci, agama, dan pengetahuan. Secara umum santri adalah seorang pelajar yang menetap di pondok pesantren dalam jangka waktu tertentu untuk menuntut memperdalam ilmu agama dan umum. Menjadi seorang santri memang bukan hal yang mudah, jauh dari orang tua, semua aktifitas dilakukan secara mandiri seperti cuci pakaian, setrika, menyiapkan makanan dan masih banyak lagi. Ini akan menjadi tantangan bagi santri baru yang sebelum tinggal di pondok hampir semua aktifitasnya selalu dibantu dan disiapkan oleh orang tuanya, tentu itu bukan perkara yang mudah untuk dijalani dan dilakukan terus menerus. Dibutuhkan persiapan yang matang, mental yang kuat serta menata niat, agar cepat beradaptasi dan berbaur dengan lingkungan dan orang-orang yang baru.
Mengenal Budaya Unik Santri


Padatnya kegiatan di pondok pesantren dari sebelum shubuh hingga menjelang tidur seperti ngaji alquran, ngaji kitab, sekolah shalat jamaah dan kegiatan ekstra lainnya yang memakan banyak waktu maka, seorang santri mau tidak mau kita harus bisa mengatur waktu dengan baik, karena yang mengerti keadaan diri kita adalah kita sendiri bukan orang lain dan kita tidak bisa bergantung dengan orang lain. Jadi kita harus pandai mengatur waktu dengan baik dengan cara membuat jadwal pribadi dan membuat tips-tips khusus yang dapat menguntungkan serta memudahkan diri kita sendiri agar lebih efektif dan efisien. Seperti mengatur jam tidur dan bangun tidur, ini sangat penting karena padatnya kegiatan di pondok kita harus mengatur pola istirahat yang tepat dan menjauhi tidur terlalu malam (begadang), keuntungan yang didapat adalah kita dapat istiqamah shalat malam dan mandi lebih awal untuk menghindari antrian panjang mandi dan keterlambatan berangkat sekolah. Selalu mandi sore tepat waktu dan hindari mandi malam. Mencuci pakaian setiap tiga hari sekali. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan baik. Maka timbal balik yang akan kita dapat sangat besar untuk bekal kehidupan kelak. Hal ini dapat menumbuhkan sikap disiplin, teratur, dan tidak tergesa-gesa.  

Selain mengatur waktu dengan baik, seorang santri juga harus bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, menjaga barang pribadi supaya tidak hilang ataupun tertukar dengan orang lain. Meskipun barang hilang atau tertukar adalah hal yang lumrah tapi kita tidak boleh menyepelekannya. Apabila kita terus menerus menyepelekannya maka kebiasaan buruk seperti teledor dan cerobah akan melekat pada diri kita. Oleh karena itudari sini kita sadar akan pentingnya memelihara dan menjaga barang pribadi. Sikap ini apabila di praktikkan terus menerus maka timbal baliknya sangat besar untuk kehidupan di masa depan.

Pendidikan karakter di pondok pesantren telah dilaksanakan sejak dulu masih terus dilestarikan dan tidak dilupakan. Banyak sekali budaya unik di pondok pesantren yang mencerminkan nilai pendidikan karakter seperti setoran, roan, ta’ziran. Setoran adalah kegiatan santri untuk melakukan hafalan yang disetorkan kepada pembina baik berupa hafalan do’a, surat khos, maupun nadhoman. Tantangan terbesar ketika setoran hafalan biasanya santri sering grogi bahkan lupa mendadak ketika sudah dihadapan penguji, tips agar tidak grogi ketika setoran hafalan adalah, tarik nafas dalam-dalam, pastikan kita benar-benar hafal, lalu fokus dengan hafalannya. Kegiatan setoran biasanya digunakan sebagai syarat untuk mengikuti ujian tengah semester, ujian akhir semester serta sebagai persyaratan ketika liburan pulang ke rumah. Hal ini bertujuan untuk menguji hafalan, melatih daya ingat santri serta sebagai bekal ilmu untuk kehidupan kelak bermasyarakat.

Bagi santri istilah roan sudah tidak asing lagi untuk didengar, lalu apa sih roan itu? Roan berawal dari kata tabarrukan yang disingkat menjadi rukan, kemudian menjadi roan. Roan adalah hal yang melekat pada santri yang tinggal di pondok pesantren yang mana kegiatan roan adalah gotong royong untuk membersihkan lingkungan pondok pesantren. Meskipun terkesan sederhana roan memiliki manfaat yang sangat besar bagi diri sendiri maupun buat pesantren. Dengan adanya kegiatan rutin setiap minggunya diharapkan dapat memberi energi positif untuk kemudian hari setelah lulus. Santri mampu mengamalkan hidup disiplin, gotong royong, dan solidaritas antar teman, karena itu roan memiliki makna yang begitu dalam bagi santri. Disamping ajaran islam yang sering kita dengar yaitu kebersihan adalah sebagian dari iman. Kebersihan juga anjuran pakar medis yang sangat bemanfaat untuk diri kita dan lingkungan sekitar. Di pesantren roan biasanya dilaksanakan pada hari jumat dan akan ada roan akbar pada setiap awal bulan di hari jumat. Tempat yang perlu dibersihkan saat roan seperti musholla, aula, kantor, ndalem (rumah pengasuh), ruang belajar serta kamar mandi.

Selanjutnya ada istilah ta’ziran, istilah ini mungkin agak asing bagi orang pada umumnya, namun bagi santri istilah ta’ziran atau hukuman sangat sering dilaksanakan bagi santri yang melanggar peraturan pondok pesantren. Hal ini dilakukan untuk memberi pelajaran bagi santri agar tetap patuh dengan melaksanakan aturan dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan. Penyebab yang sering terjadi ketika santri di ta’zir biasanya tidak jama’ah, terlambat ke sekolah, bolos mengaji, bolos sekolah, dan merokok bagi santri putra. Biasanya ta’ziran berupa berdiri sambal mengaji, hafalan surat-surat tertentu, membersihkan kamar mandi, sampai potong rambut gundul untuk santri putra. Ta’ziran kadang juga berupa denda material berupa satu sak semen, microphone, karpet ketika telat masuk pondok setelah liburan panjang.

Namun ada salah satu kebiasaan buruk tetapi terlihat wajar bahkan sangat lumrah yang dilakukan oleh santri dan tidak patut untuk dicontoh adalah ghosob. Ghosob adalah meminjam dan memakai barang orang tanpa izin si pemiliknya. Istilah ghosob adalah peristiwa yang sering dialami oleh santri sekaligus menjengkelkan, karena barang atau benda yang kita miliki ketika diletakkan ditempat tertentu, tiba-tiba hilang tanpa tahu siapa yang meminjam atau memakainya. Barang yang sering kali di ghosob seperti sandal dan hanger pakaian. 

Lalu apakah seorang santri akan terbebani dengan semua aktifitasnya? tentu saja tidak jika dilakukan bersama teman-teman dan hati yang ikhlas. Banyak aktifitas dan pelajaran di pondok pesantren yang tidak akan dijumpai di luar sana. Seperti latihan muhadharah, belajar ilmu nashor, belajar kitab kuning dan masih banyak lagi. Susah duka menjadi santri akan jadi kenangan tersendiri, mulai menjadi santri baru sampai santri kelas akhir. Kebersamaan dan solidaritas santri memang tidak diragukan lagi. Jauh dengan orang tua dan kerabat membuat kita menjadi lebih menghargai dan menghormati orang lain, karena yang selalu ada dan yang bisa menemani disaat suka duka adalah teman. Yang mendengarkan keluh kesah, meminta pendapat, diskusi bersama, pasti temanlah yang menjadi sasaran utama.