Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari mereka anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Corak pendidikan dalam rumah tangga secara umum tidak berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi atau iklim pendidikan.

Timbulnya iklim atau suasana tersebut, karena adanya interaksi yaitu hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.  Sebagai peletak pertama pendidikan, orang tua memegang peranan penting bagi pembentukan watak dan kepribadian anak, maksudnya bahwa watak dan kepribadian tergantung kepada pendidikan awal yang berasal dari orang tua terhadap anaknya. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ اَبيِ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍيُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطَرَةَ فَأَبْوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ 

Artinya:

Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang menjadikan ia Yahūdi, Naşrāni atau Majūsi.


Konteks hadis tersebut sebagai petunjuk bagi orang tua agar lebih eksis mengarahkan fitrah yang dimiliki oleh anak secara bijaksana. Ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw tersebut mengandung implikasi bahwa fitrah merupakan suatu pembawaan setiap manusia sejak lahir, dan mengandung nilai-nilai religius dan keberlakuannya mutlak. Fitrah yang dimiliki itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan, dalam arti bahwa fitrah tidak dapat berkembang tanpa adanya pengaruh positif dari lingkungannya yang mungkin dapat dimodifikasi atau dapat diubah secara drastis bila lingkungan itu tidak memungkinkan untuk menjadi fitrah itu lebih baik.  


Faktor pertama yang mempengaruhi tingkat keberagamaan anak adalah lingkungan keluarga, sebagai unit pertama dan institusi pertama anak dipelihara, dibesarkan dan dididik. Bilamana keluarga itu beragama Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah pendidikan Islam yang diajarkan Allah melalui al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad saw, agar menjadi anak yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. 


Orang tua (ayah dan ibu) memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak anak lahir, ibu yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu seorang anak pada umumnya lebih cinta kepada ibu karena ibu merupakan orang yang pertama dikenal anak. Maka dari itu ibu harus menanamkan kepada anak, agar mereka dapat mencintai ilmu, membaca lebih banyak, lebih dinamis, disiplin, dan ibu memberikan motivasi yang sehat dan menjadi teladan bagi anak mereka. 


Pengaruh ayah terhadap anak juga sangat besar, di mata anak ayah seorang yang terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh kepada cara kerja anaknya. Dengan demikian tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah suatu keniscayaan, apakah tanggung jawab pendidikan itu diakui secara sadar atau tidak diterima sepenuh hati atau tidak hal ini tidak dapat dihindari karena merupakan fitrah yang telah dikodratkan oleh Allah Swt kepada setiap orang tua. 


Peranan orang tua selaku pendidik dalam keluarga adalah pangkal ketentraman dan kedamaian hidup, bahkan dalam perspektif Islam keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan sampai pada lingkungan yang lebih besar dalam arti masyarakat secara luas, yang darinya memberi peluang untuk hidup bahagia atau celaka. 


Begitu pentingnya tanggung jawab orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak-anaknya, Syauqih mengatakan seperti yang dikutip oleh Khaeruddin bahwa: Bukanlah anak yatim itu adalah seorang anak yang kedua orang tuanya telah pergi dari kesusahan hidup dan meninggalkannya dalam keadaan hina, sesungguhnya anak yatim itu adalah anak yang mendapatkan seorang ibu yang mengabaikannya atau seorang ayah yang sibuk. 



Adapun eksistensi orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama dalam meletakkan dasar pendidikan terhadap anak menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah: Orang pertama dan terakhir yang bertanggung jawab mendidik anak dengan keimanan dan akhlak, membentuknya dengan kematangan dan inteklektual dan keseimbangan fisik dan psikisnya, serta mengarahkannya kepada pemilikan ilmu yang bermanfaat dan bermacam-macam kebudayaannya adalah orang tua. 


Tanggung jawab yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua kepada anak adalah sebagai berikut:

1. Memelihara dan membesarkannya,

2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan, penyakit, atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya,

3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya,

4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah Swt sebagai tujuan akhir hidup muslim. 


Dengan demikian, orang tua sebagai pendidik utama pertama dan terakhir pada hakikatnya memiliki tanggung jawab yang komprehensip dan sangat kompleks, menyangkut semua aspek kehidupan baik pendidikan jasmani maupun pendidikan rohani dan tanggung jawab tersebut dimanifestasikan melalui pendidikan akidah, ibadah, akhlak, intelektual, dan kematangan psikis.


Seorang anak apabila telah memasuki usia sekolah menjadi tugas dan tangung jawab orang tua untuk menyerahkan anaknya kepada sekolah. Hal ini tidak berarti bahwa, orang tua tersebut sudah lepas dari tanggung jawab, sebab pelayanan sekolah terhadap pendidikan anak juga sangat terbatas dalam waktu tertentu serta bahan pelajaran tertentu pula, selebihnya menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua di rumah untuk memberikan pelayanan, pengawasan, perhatian, bahkan bimbingan belajar di rumah.


Faktor lain yang menjadi tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak adalah menyediakan alat-alat perlengkapan belajar anak di rumah, memperhatikan lingkungan pergaulan, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaiakan dan mengungkapkan masalahnya.


Pada dasarnya orang tua harus senantiasa memberikan bantuan serta pertolongan kepada anak-anaknya, baik berupa material maupun spiritual. Jika tidak, maka perkembangan dan kemajuan pendidikan anak akan mengalami hambatan.  Dalam hal ini M.Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. 


Pandangan tersebut di atas menunjukkan betapa perlunya orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anak-anaknya, sebab perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua sangat menunjang bagi keberhasilan pendidikan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya mempunyai dasar yang kuat. Salah satu wujud nyata dari tanggung jawab yang dimaksud adalah memperhatikan kebutuhan dalam pendidikan anak-anak mereka, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak. Semua dilakukan atas dasar kerjasama kedua orang tua (ayah dan ibu).


Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat dan lembaga pendidikan dan merupakan hal yang pertama dan utama. Dalam hal ini, orang tua yang bertanggung jawab atas pendidikan anak sekaligus pondasi pertama  perananya sangat signifikan dalam membentuk kejiwaan pada mereka, di setiap pertumbuhan yang dialami.


Orang tua dalam hal ini, khususnya ibu dan bapak perlu membekali diri dengan ilmu agama, agar menjadi bekal dalam mendidik putra-putri mereka dengan penuh akan tanggung jawab. Namun tak dapat dipungkiri, sampai hari ini masih banyak orang tua bermasa bodoh dengan pendidikan agama bagi anak mereka. Kebanyakan khususnya bagi ibu yang tergolong sebagai wanita karir, menyepelehkan masalah tersebut. Mereka pada umumnya cenderung kepada pengembangan profesi yang digeluti, dan lupa akan tugas dan tanggung jawab besar kepada pendidikan keluarganya. Hal ini sangat berdampak pada perkembangan psikologi anak, khususnya bagi anak yang telah menginjakan kaki pada masa kedewasan. 


Penanaman akhlak pada anak sangat dibutuhkan, apalagi dalam menghadapi era sekarang ini yang penuh akan perkembangan dan butuh akan kemampuan anak dalam memfilter kebudayaan yang berkembang. Jika mereka kurang memiliki ilmu tentang agama, khususnya yang terkait dengan pembentukan akhlak, maka akan memudahkan mereka terjerumus ke dalam lembah kesesatan