Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Suami Istri Dalam Mengurus Rumah Tangga

Islam telah menetapkan ketentuan yang seimbang antara hak dan kewajiban, bukan hanya dalam rumah tangga, tetapi juga dalam setiap permasalahan dan ketentuan yang ada. Hanya Islamlah yang mampu mengatur hukum yang berkenaan dengan umatnya pada penempatan masalah secara adil dan propesional, tidak ditambah atau dikurangi. Karena setiap hamba memiliki hak dan kewajiban yang sama. 



Lebih lanjut Allah SWT mengibaratkan pasangan suami istri itu “laksana pakaian” sesuai dengan firman-Nya salam surat Al-Baqarah ayat 187:

هُنَّ لِبَـاسٌ لَّـكُـمْ وَأَنْتُـمْ لِبَـاسٌ لَّـهُـنَّۗ (البقرة:۱۸۷)

Terjemahnya:

Mereka itu (perempuan) pakaianmu dan kamu (laki-laki) adalah pakaian bagi mereka.


Ketika Al-Qur.an menyebut istri adalah “laksana pakaian bagi suami”, maka secara simbiolik berarti bahwa istri harus menjadi kebanggan bagi suami dan sebaliknya suami harus menjadi kebanggaan bagi istri, sebab salah satu fungsi pakaian bagi manusia juga menjadi symbol kebanggaan disamping sebagai alat penutup aurat. Tentu kebanggaan seorang suami terhadap istrinya atau kebanggaan istri terhadap suaminya, boleh jadi karena kecantikan atau ketampanannya, karena prestasi-prestasi yang diraih oleh masing-masing, atau juga karena status sosial, namun yang paling penting dari semua itu adalah kebanggaan karena kepribadian suami atau istri.


Secara ringkas kewajiban seorang suami terhadap istri, diantaranya: 

1. Memperlakukan istri dengan cara yang baik dan bijaksana, yaitu dengan menghargai serta menghormati hak-hak istrinya. Singkatnya jangan memperlakukan istri laksana budak belian, jangan bersikap kasar tanpa memperhatikan dan menghargai hak-haknya sebagai istri, saling menghormati adalah kunci kebahagiaan dalam rumah tangga.

2. Jangan menyakiti istri dan mensia-siakannya, baik jasmani maupun rohaninya.

Mensia-siakan istri atau suami berarti melalaikan kewajiban yang dipikulkan oleh Allah SWT kepadanya, tentu akan berdosa.

3. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan yang ada secara tulus ikhlas

4. Membantu istri dalam kesukaran atau kesulitan, sewaktu-waktu yang sangat diperlukan. Yaitu turun tangan untuk membantunya dan sikap ini adalah suatu hal yang wajar.

5. Mengajari istri dan anak-anak tentang hukum-hukum Agama dan memperingatkannya, agar menjadi manusia-manusia yang baik serta mengamalkan ajaran Agama dalam kehidupan sehari-hari.


Pelaksanaan kewajiban antara suami dan istri harus seimbang dan sejalan, kewajiban dilaksanakan dan yang hak diterima.

Kewajiban istri terhadap suami antara lain adalah sebagai berikut:

1. Setia dan patuh kepada suami, baik di waktu senang maupun di waktu susah, dalam keadaan suka dan maupun duka.

2. Berwajah cerah dan simpatik (setia). Hindarilah bermuram durja, bermuka masam dan sering menggerutu atau suka cemberut, pasanglah muka manis.

3. Jangan bepergian tanpa izin suami. Bila ada suatu keperluan untuk keluar rumah, mintalah izin kepada suami terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan fitnah-fitnah dan lain-lainnya.

4. Memegang rahasia suami dan rumah tangganya. Istri yang baik tidak akan mau membuka rahasia suami dan rumah tangganya kepada orang lain, karena hal itu memang dilarang oleh ajaran Agama.

5. Mengurus rumah dan mendidik anak-anak menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Mendidik dan mengurus rumah tangga adalah pekerjaan mulia, dan ini sudah menjadi fitrah bagi seorang wantia, namun pada hakikatnya adalah kewajiban bersama antara suami istri.


Islam menyuruh saling tolong menolong antara suami istri. Sang suami agar membantu istrinya dalam mengatur dan merawat rumah tangga, sedangkan sang istri membantu suaminya dalam pekerjaannnya. Dan inilah yang disebut dengan saling tolong menolong sebagimana di tuntut oleh agama kita. Dan alangkah baiknya bila dalam bergaul senantiasa terjalin rasa cinta, kasih sayang dan kemesraan. Karena dalam pandangan islam rumah tangga bukan hanya sekedar merupakan suatu badan ekonomi ataupun badan pengayoman dalam arti harfiah semata. 


Akan tetapi rumah tangga adalah suatu sistem untuk mempersiapkan cuaca yang cocok bagi kehidupan manusia yang menyenangkan, masing-masing suami istri terpuasi kebutuhan-kebutuhan jiwanya untuk dicintai, di lindungi, di hargai dan mendapat kemantapan pribadi, juga untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut, selain kebutuhan kepada keturunan yang shaleh dan kebutuhan kepada kasih sayang di samping terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan material. Meskipun Islam telah membuat keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban suami istri, namun ia tetap menjadikan laki-laki sebagai pemimpin. Namun bukan berarti wanita tidak punya tanggung jawab. 


Wanita juga mempunyai tanggung jawab, ia bersama suaminya bertanggung jawab dan memikul beban rumah tangga. Adapun mengenai mengapa islam menyerahkan kepemimpinan kepada laki-laki, hal itu karena laki-lakilah yang sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat, sebab Allah SWT telah memberinya kekuatan jasmani, pikiran yang bijak dan tidak cenderung kepada perasaan, di samping kesanggupannya tentang nafkah dan pemeliharaan keluarga secara keseluruhan.


Istri yang baik adalah perhiasaan paling berharga dalam kehidupan berumah tangga, tidak ada kekayaan lain di dunia ini melebihi istri yang shaleha, taat pada perintah Allah SWT dan Rasulnya, bisa menjadi sumber inspirasi bagi suami dan anak-anak, serta tidak menyusahkan suami atau membuatnya marah baik dengan perkataan maupun perbuatan. Karena rumah tangga yang sakinah dan penuh cinta kasih harus dibangun oleh dua orang yaitu suami dan istri. Peran istri sangat besar, demikian juga peran suami. Istri tidak boleh meresahkan suami dengan kata-kata ataupun perbuatan, demikian halnya dengan suami tidak boleh bertindak kasar kepada istri. Dengan demikian sebagai suami istri harus saling bahu membahu supaya terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. 


Begitupun suami, seorang suami yang beriman harus berkeinginan dan berupaya untuk menjadikan dirinya sebagai .suami idaman. Tidak ada ruginya bagi seorang suami berusaha untuk menjadi suami idaman, hal ini justru akan mendatangkan keuntungan-keuntungan. Karena di satu sisi ia memberikan kebahagiaan kepada istri, yang berarti ia juga akan diberikan layanan yang baik oleh istri, di sisi lain ia juga sedang mempraktikkan amal shaleh di dalam kehidupannya, yang berarti ia akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT, juga sebagai seorang muslim, maka apa yang dilakukannya itu akan menjadi citra positif bagi orang lain. Demikianlah seharusnya seorang suami berprilaku, sehingga akan dapat menjadi contoh di dalam kehidupan, termasuk di dalam urusan berumah tangga.