Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Cara Menanamkan Pendidikan Karakter di MI?

Madrasah ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah dasar yang pengelolaanya dilakukan oleh Kementrian Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.

Menanam akan menuai

Madrash ibtidaiyah sebagai suatu lembaga pendidikan dasar islam lebih modern yang memadukan antara pendidikan pesantren dan sekolah, yang materinya mengintegrasikan agama dan pengetahuan umum. Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam berfungsi menghubungkan sistem lama dan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang masih baik dan dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu, teknologi, dan ekonomi yang bermanfaat bagi kehidupan umat islam, sedangkan isi kurikulum madrasah pada umumnya sama dengan pendidikan di pesantren ditambah dengan ilmu-ilmu umum.

Misi jenjang pendidikan dasar adalah berupaya menggali dan mengembangkan seluruh potensi dan dimensi baik agama, susila dan sosial yang dimiliki peserta didik. Melalui Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik. Menurut T. Ramli pengertian pendidikan karakter adalah mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik

Jenjang pendidikan dasar merupakan fondasi awal untuk melangkah melanjutkan pendidikan. Bila penanaman karakter gagal dilakukan pada tahap usia pendidikan dasar, maka bisa dipastikan, karakter yang tertanam pada peserta didik kurang optimal. Pengembangan pendidikan berkarakter bagi peserta didik harus diterapkan sungguh-sungguh karena kepribadian dan karakter yang kuat mempengaruhi masa depan bangsa. Anak usia madrasah ibtidaiyah merupakan masa kritis dalam pembentukan karakter. Menurut Frued, kegagalan dalam memberikan penanaman dan pembinaan kepribadian berkarakter pada anak usia madrasah ibtidaiyah akan membentuk pribadi yang bermasalah pada saat dewasa.

Pola pembelajaran juga dapat dilakukan dengan penambahan materi pendidikan karakter, karena pendidikan karakter untuk mengasah kemampuan afektif. Pemberian materi pendidikan karakter bisa dilakukan dengan cerita-cerita keteladanan, seperti cerita Nabi dan Pahlawan . selain itu juga dapat dilakukan dengan contextual learning dengan cara anak diajarkan berakhlak baik dengan langsung dilihatkan pada tindakan-tindakan pendidik.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah yang benar-benar memenuhi elemen-elemen institusi yang tidak terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan lain. Tugas yang diemban oleh madrasah setidak-tidaknya mencerminkan sebagai lembaga pendidikan islam lain. Menurut An-Nahlawi tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan islam adalah
  1. Merealisasikan pendidikan islam yang didaarkan pada prinsip pikir, aqidah dan Tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
  2. Mentuk dan realisasi itu ialah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan Allah Swt, tunduk dan patuh atas perintahnya, serta syariatnya.
  3. Memelihara fitrah peserta didik sebagai insan yang mulia agar ia tidak menyimpang dari tujuan Allah yang telah menciptakan. Oleh karena itu dasar operasionalisasi pendidikan harus dijiwai oleh fitrah manusiawi sehingga menghindari adanya penyimpangan.
  4. Memberikan kepada pserta didik dengan seperangkat peradaban dan kebudayaan islam dengan cara mengintegrasikan antara ilmu alam, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu sosial, ilmu eksakta dengan landasan ilmu agama sehingga peserta didik mampu melibatkan dirinya pada perkembanganIPTEK.
  5. Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh emosi karena pengaruh globalisasi, madrasah berperan sebagai benteng yang menjaga kebersihan dan keselamatan fitrah manusia.
  6. Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang membawa hasanah perkembangan berfikir peseta didik.
  7. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar peserta didik.
  8. Tugas mengkordinasi dan membenahi kegiatan pendidikan
  9. Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan keluarga, masjid dan pesantren.


Fungsi pendidikan karakter ini adalah membentuk karakter seorang peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh dan berprilaku baik adapun beberapa fungsi pendidikan karakter antara lain yaitu untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik dan untuk membangun serta memperkuat perilaku masyarakat yang multikultural, untuk membangun dan meningkatkan bangsa yang kompetitif dalam hubungan nasional.

Dalam buku yang ditulis Doni Koesoema A, dijelaskan bahwa karakter dapat dilihat dari dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang seperti ini dianggap suatu yang telah ada (given). Kedua, karakter juga dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang sperti itu disebut sebagai proses yang dikehendaki.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat karakter itu adalah sifat utama (pola), baik pikiran, sikap, prilaku maupun tindakan, dan sifat utama (pola) tersebut melekat kuat pada diri seseorang dan menyatu dalam diri seseorang. Dalam lingkup pendidikan karakter, keseluruhan aspek kecerdasan (IQ, EQ, dan AQ) perlu mendapat bobot perhatian yang seimbang. Hal ini penting mengingat IQ saja bellum menjamin keberhasilan hidup seseorang, bila hanya sekedar SQ dan EQ tidak akan mampu mendukung keberhasilan hidup seseorang secara utuh, materi dan spiritual dengan kepribadian atau karakter yang dimiliki. Selain hal tersebut perlu adanya AQ atau kecerdasan dalam bersikap menghadapi kesulitan atau hambatan. Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character educarion harus diberikan kepada warga negara sejak dini yaitu :

  1. Merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
  2. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
  3. Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain.
  4. Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup didalam masyarakat yang majemuk.
  5. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral sosial, seperti ketidak jujuran, ketidak sopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
  6. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/usaha
  7. Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban.


Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa karakter sangat penting bagi stiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua sudah seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya.

 By : Maziyatus Sho'idah